KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik, serta
hidayahnya kami bisa menyelesaikan karya tulis ini tanpa halangan yang berarti.
Pembuatan
karya tulis ini tentunya tidak akan bisa selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak, maka ucapan terimakasih kami sampaikan sebesar-besarnya kepada pihak ,
yang namanya tidak bisa kami sebutkan
satu persatu yang ikut membantu dalam
menyiapkan, memberikan masukan, dan menyusun karya tulis ini.
Segala
upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan karya tulis dengan judul Pemanfaatan
Umbi Tanaman Bakung (Crinum asiaticum)
Sebagai Alternatif Obat Luar Penyakit Bisul, namun bukan mustahil dalam karya
tulis ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam
menyempurnakan karya tulis ini di masa yang akan datang.
Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi yang membaca dan untuk penulis pada khususnya.
Seririt, 10 Februari 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................
RINGKASAN...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Bisul.....................................................................................................
2. 2 Tumbuhan
Bakung..............................................................................
BAB III
METODE PENULISAN
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Upaya Pengobatan yang Telah Dilakukan
oleh
Masyrakat di Indonesia..............................................................
4.2 Potensi
Umbi Bakung (Crinum asiaticum Linn)
sehingga
Bisa
Dimanfaatkan sebagai Alternatif Pengobatan Bisul....................
4.3 Keunggulan
Obat Bisul dari Ekstrak Umbi Bakung
(Crinum asiaticim Linn) Dibandingkan
Obat yang Lain....................
4.4 Aplikasi
Penggunaan Obat Bisul dari Umbi Bakung
(Crinum asiaticum Linn) Secara Sederhana
di Masyarakat.................
4.5 Implikasi
Penggunaan Obat Bisul dari Umbi Bakung
(Crinium asiaticum Linn) terhadap
Masyarakat..................................
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan..........................................................................................
5.2
Saran....................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PEDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Penyakit
bisul (furunkel) sudah tidak asing lagi
kita dengar. Berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja , maupun dewasa bisa
terjangkit penyakit ini. Penyakit yang disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus ini seringkali
dianggap sepele oleh penderitanya, padahal jika sudah kronis bisul bisa muncul
di daerah sekitar mata dan hidung yang bisa jadi racunnya merebak sampai ke
otak .
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit ini, salah satunya adalah
kurang menjaga kebersihan.
Di
kalangan masyarakat kita seringkali kita temui penyakit ini, terutama di daerah
pedesaan, pedalaman, atau daerah-daerah kumuh kota besar yang
mana masyarakatnya kurang memperhatikan pentingnya menjaga kesehatan. Sebuah penelitian di Jakarta menyebutkan
bahwa angka terjadinya bisulan mencapai
26 % dari 326 responden yang diteliti di tahun 2001 (Dedeh Kurniasih, 2007).
Angka itu cukup tinggi, mengingat bisul bukan penyakit berat dan sebagian dapat
sembuh sendiri.
Sebagai
penyakit, bisul haruslah segera disembuhkan. Penyakit ini termasuk jenis
penyakit yang menular, sehingga jika dibiarkan begitu saja bisa merebak ke
bagian tubuh sehat yang lain atau bahkan menyerang orang-orang sehat di sekitar
kita. Selain itu efek sam ping yang ditimbulkannya cukup mengganggu aktivitas
kita. Rasa gatal, nyeri akibat radang
atau infeksinya, muncul benjolan-benjolan yang seringkali membuat tidak percaya
diri, bahkan demam tak urung menyerang pula.
Penanganan
penyakit ini memang tidak rumit, jika
pertahanan tubuh kita cukup baik atau infeksinya segera diobati, misalnya
dengan pemberian antibiotik maka penyakit inipun akan segera sembuh .
Berbagai macam obat bisa kita jumpai secara bebas beredar di masyarakat dalam
berbagai jenis merk dan bentuk, yang sering kita jumpai adalah bentuk salep dan
tablet. Penisin merupakan salah
satu obat pilihan, namun bakteri Staphylococcus aureus penyebab bisul bisa
mengakibatkan resisten terhadap penisilin, karena kuman tersebut akan
mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya tidak akan berfungsi lagi. Pemakaian
obat dalam bentuk salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif
daripada pengobatan jenis lain . obat-obatan semacam salep ini sangat
dianjurkan untuk kulit karena dibuat dengan daya serap cukup efektif untuk kulit.
Semua
jenis obat yang telah disebutkan di atas dalam pengerjaannnya tentunya tidak
lepas dari penambahan bahan-bahan kimia. Di masyarakat sekarang istilah back to nature sering kita dengar. Masyarakat
berbondong-bondong mencari segala jenis pengobatan yang lebih alami. Begitu
juga dengan penyakit bisul ini, pengobatan secara alami dapat kita peroleh dari
tanaman yang ada di sekitar kita, antara
lain umbi bakung (Crinum asiaticum Linn). Di Indonesia tanaman ini biasanya ditanam
di perkarangan sebagai tanaman hias. Bakung
juga tumbuh sebagai tumbuhan liar . Dari hasil penelitian , bakung tersebut
mengandug zat kimia
alkaloida yang berfungsi salah
satunya sebagai obat barok dan bisul. Bakung dipilih sebagai alternatif
pengobatan bisul karena pembudidayaannya
mudah dilakukan serta murah harganya.
Dalam obat ini umbi bakung akan diolah kedalam bentuk salep maupun powder yang bisa lebih efektif dan tidak
memberikan efek samping. Dengan pemanfaatan umbi bakung sebagai alternatif pengobatan bisul ini
diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperoleh pengobatan yang lebih
alami dan terjangkau , selain itu pembudidayaan
tanaman bakung juga lebih
diperhatikan sehingga obat inipun nantinya akan bisa diproduksi dan mempunyai
nilai ekonomi yang lumayan.
I.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana upaya pengobatan
yang telah dilakukan oleh masyarakat di Indonesia?
2.
Mengapa ekstrak umbi
bakung (Crinum asiaticum Linn)
berpotensi sebagai alternatif pengobatan
bisul?
3.
Apa keunggulan obat
bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum
asiaticum Linn) dibandingkan obat yang lain?
4.
Bagaimana aplikasi
penggunaan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaicum Linn) secara sederhana di masyarakat?
5.
Apa implikasi
penggunaan obat bisul dari ekstrak umbi
bakung (Crinum asiaticum Linn) terhadap peningkatan kasehatan
masyarakat?
I.3.
Tujuan
1.
Menjelaskan upaya
pengobatan yang telah dilakukan oleh masyrakat di Indonesia.
2.
Menjelaskan potensi
umbi bakung (Crinum asiaticum Linn)
sehingga bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan bisul.
3.
Menjelaskan keunggulan
obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum
asiaticum Linn) dibandingkan obat yang lain.
4.
Menjelaskan aplikasi
penggunaan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) secara sederhana di masyarakat.
5.
Menjelaskan implikasi penggunaan
obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum
asiaticum Linn) terhadap masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Bisul
2.1.1
Definisi Bisul (furunkel)
Beberapa sumber
mengenai definisi bisul antara lain:
Ø Bisul
(furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan
jaringan subkutaneus di sekitarnya .
Ø Penyakit
bisul merupakan kumpulan nanah terkumpul di dalam rongga yang terbentuk akibat
proses jangkitan (biasanya disebabkan oleh bakteria atau parasit) atau sebarang
bahan asing ( contohnya luka tikaman/tembakan). Ia merupakan sistem ketahanan
diri tubuh untuk menghalang penyebaran bahan berjangkit kepada bagian
badan yang lain.
Ø Bisul
ialah bengkak bewarna merah dan teras sakit di bagian bawah lapisan kulit. Ia
dipenuhi nanah dan kelihatan seperti jerawat batu.
Bisul
akan merebak ke mana-mana apabila bagian badan yang sehat tersentuh bisul yang
pecah. Bisul yang yang terjadi di sekeliling mata dan hidung adalah sangat
serius karena racunnya bisa merebak ke otak. Bisul bisa terjadi di seluruh
bagian tubuh, tapi pada umumnya terjadi di bagian yang berbulu dan yang mudah
lecet seperti ketiak, kelopak mata, buah dada, punggung, muka, kelangkang dan
di belakang tengkuk. Apabila bisul menjadi besar, ia dikenali sebagai karbunkel
(bisul besar atau kelompok bisul kecil yang bergabung yang biasanya mudah
menyerang penderita diabetes)
2.1.2
Penyebab Bisul (furunkel)
Pada
intinya penyakit ini disebabkan oleh sejenis bakteri atau kuman yang kita kenal
sebagai Staphylococcus aureus. Menurut
Kurniasih (2006) secara garis besar ada
3 pemicu munculnya bisul, yaitu:
a.
Faktor kebersihan
Pada
dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang-orang yang tidak menjaga
kebersihan tubuh dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang
terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang tinggal di daerah
kumuh (pemukiman padat), di daerah pengungsian, dimana faktor kebersihannya
terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di
tempat yang bersih tetapi kalau jarang mandi atau membersihkan diri, dengan
sendirinya kuman pun akan bersarang.
b.
Daerah tropis
Secara
goegrafis Indonesia termasuk daerah tropis dimana udaranya panas sehingga
dengan mudah orang akan berkeringat. Keringatpun bisa menjadi salah satu pemicu
munculnya bisul terutama yang terjadi pada kelenjar keringat.
c.
Menurunnya daya tahan
tubuh
Menurunnya
daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranaya kurang gizi,
gangguan darah seperti anemia, mengidap penyakit keganasan misalnya kanker,
atau penyakit lain seperti diabetes dan sebagainya. Biasanya faktor pemicu itu
tidak muncul sendirian, melainkan ada beberapa sekaligus.
Anggapan masyarakat yang menatakan bahwa bisul salah
satunya karena alergi telur adalah tidak benar, hanya saja setelah sembuh dari
bisulan memang ada pantangan makanan salah satunya adalah telur. Selain itu kontak langsung dengan penderita
bisul dengan kulit apalagi ada goresan
meskipun kecil (mikro trauma) dapat
menyebabkan kuman berpindah tempat, sehingga orang sehat dapat tertular
bisul. Selain kontak langsung, bisul
juga bisa menular melalui kontak tidak langsung seperti pemakaian handuk
bersama, seprei, baju, dan sebagainya.
2.1.3
Jenis-jenis Bisul (furunkel)
Menurut Astuti (2006), dari jenis-jenisnya secara medis bisul dibedakan
sebagai berikut:
Ø
Folikulitis
Folikulitis
adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut saja. Berdasarkan
letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu superficial
atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih dalam lagi disebut profunda.
Ø Furunkel
Furunkel
adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan sekitarnya. Biasanya
jumlahnya hanya satu..
Ø Furunkel losis
Disebut
furunkel losis apabila jumlah furunkelnya lebih dari satu.
Ø Karbunkel
Bila
disaat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel, secara medis
diistilahkan sebagai karbunkel
Ø Abses
multiple kelenjar keringat
Bisul
ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya banyak, bergerombol
di beberapa tempat, seperti di dada dan sebagainya. Bisul jenis ini paling banyak
menyerang anak-anak.
Ø Hidra
adinitis
Ada
juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu bila bisul tersebut
muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini diistilahkan
sebagai hidra adinitis.
Ø Skrofulo
derma
Bentuknya
memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah benjolan pada getah bening kareana
penyakit TBC
2.1.3
Gejala-gejala Bisul (furunkel)
Walaupun
jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam menggapnya sama saja.
Hal tersebut tidak sepenuhnya salah
karena gejala yang dimunculkan memang mirip, antara lain:
a).
Gatal-gatal
Bila
bisul yang muncul masih berupa folikulitis, gejala yang timbul biasanya berupa
gatal-gatal di daerah benjolan dan sekitarnya.
b).
Nyeri
Pada
bisul yang berjenis furunkel atau karbunkel selain gatal, biasanya juga
disertai nyeri.
c).
Berbentuk kerucut dan “bermata”
Bisul
jenis jenis furunkel dan karbunkel biasanya berbentuk kerucut dan bermata yang
mudah pecah dan mengeluarakan cairan
dari dalamnya.
d).
Berbentuk kubah
Sedangkan
bisul yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk bulat seperti
kubah, tidak bermata dan tanpa disertai rasa nyeri. Bisul jenis ini biasanya
tidak mudah pecah.
e).
Demam
Gejala
bisul yang muncul pada kelenjar apokrin biasanya disertai demam
2.1.4
Pencegahan dan Pengobatan Bisul (furunkel)
Penyakit
bisul sebenarnya dapat di cegah dengan penanganan yang cukup mudah, antara
lain:
Ø Mengamalkan
kebersihan diri terutama di kawasan yang mudah terjadinya bisul. Mandi
sekurang-kurangnya 2 kali sehari untuk memastikan badan senantiasa berrsih.
Menggunakan sabun antibakteria mungkin
dapat menolong individu yang mudah berpeluh dengan banyak atau bekerja di
kawsan ynag kurang bersih.
Ø Elak
diri dari memakai pakaian yang ketat
Ø Jangan
menggaru kulit karena kulit yang pecah akan menyebabkan jangkitan
Ø Gunakan
lotion antiseptik
Penanganan bisul:
Ø Cuci
bagian tubuh yang terkena bisul yang pecah
Ø Jangan
memicit atau menggaru bisul
Ø Apabila
bisul terjadi, tuamkan dalam air hangat selama 10 menit sebanyak 3 kali setiap
hari untuk membantu memasakkan bisul
Ø Minum
obat penahan sakit jika tidak tahan menahan rasa sakit (aspirin, asetaminofen,
atu ibuproven)
Ø Apabila
bisul telah pecah, cuci bagian itu secara menyeluruh dengan sabun anti bakteria
Ø Cuci
tangan dengan teliti sebelum menyediakan makanan
Ø Mandi
dengan air pancuran atau showaer
Dimasyarakat
sering pula kita jumpai pengobatan bisul secara tradisional yaitu dengan
menggunakan bahan-bahan alami semisal pati jagung yang bisa mempercepat
keringnya bisul, umbi bakung, cocor bebek, dan lain-lain. Penggunaan obat jenis
salep sangat dianjurkan karena obat
jenis ini lebih mudah meresap ke dalam kulit.
2.2 Tumbuhan Bakung (Crinum asiaticum Linn)
2.2.1 Deskripsi
Spesies :Crinum asiaticum Linn
Nama
Inggris : Crinum lily, Poison bulb
Nama
Indonesia : Bakung
Nama lokal : Bakung (general), kajang-kajang (Palembang),
bakung, bakong (Batak), semur (Bangka), bakung (Minangkabau), bakung (Melayu),
bakung (Sunda), bakung (Jawa tengah), bakong (Madura), bakung bug ( Makassar),
dausa (Ambon), pete (Halmahera), Fete-fete( Ternate)
Deskripsi : herba tahunan , tinggi kurang lebih 1,3
meter. Batang semu, diameter kurang lebih 10 cm, tegak,
lunak, putih kehijauan. Daun tunggal, lanset, panjang 32-120 cm, lebar 3-10 cm,
tebal, bertepi rata, ujung meruncing, pangkal tumpul, bila dipotong melintang
tampak lubang-lubang hijau. Bunga majemuk, bentuk payung, tangkai pipih, tebal,
panjang 35-120 cm, pangkal mahkota berlekatan, bentuk corong, putik panjang
kurang lebih 16 cm, ungu, benangsari melengkung keluar, tangkai sari panjang
5-10 cm, kepala sari warna jingga, bakal buah berbentuk elips, panjang kurang
lebih 1,5 cm, putih keunguan. Buah kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1
biji. Biji keras, bentuk ginjal, panjang kurang lebih 5 cm hitam. Akar serabut,
silindris, putih.
Distribusi/penyebaran: Sumatra, Jawa,
Sulawesi, Maluku.
Habitat :
Pantai berpasir dan asosiasi mangrove.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
2.2.3
Pemanfaatan Tanaman Bakung (Crinum
asiaticum Linn)
Tanaman
ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tradisional depresan sistem sya raf
pusat . Memang selama ini masyarakat lebih
mengenal tanaman bakung (Crinum
asiaticum Linn) sebagai tanaman hias
biasa atau tumbuhan liar yang mampu
hidup di berbagai tempat, namun ternyata dengan berbagai kandungan kimia
yang dimiliki bakung (Crinum asiaticum
Linn), ia mampu digunakan sebagai obat rematk, radang kulit, borok dan
bisul . Zat al kaloida (Likorin) yang terkandung dalam
umbi tanaman bakung (Crinum asiaticum
Linn) bermanfaat sebagai obat luar
yang mampu menyembuhkan penyakit bisul.
Pemanfaatan
umbi bakung sebagai obat alternatif mempunyai beberapa keuntungan anatara lain:
1).
Mempunyai sedikit efek samping karena berasal dari bahan alami
2).
Lebih murah karena bakung mudah ditemui dan cepat dibudidayakan
3). Efisien, karena dalam
pemanfaatannya akan diolah mejadi bentuk salep atau powder
4). Efektif, karena dalam umbi tanaman
bakung memiliki kandungan alkaloid yang mampu menyembuhkan bisul
Pemaanfaatan
umbi tanaman bakung sebagai alternatif
obat luar bisul bisa diaplikasikan dengan dua cara, secara tradisional
dan cara pengolahan lebih lanjut. Pengolahan
secar tradisional memang lebih sederhana daripada dengan cara pengolahan
lebih lanjut, yaitu cukup hanya dengan diparut dan ditapalkan pada bagian yang
luka, namun cara ini kurang efektifdan efisien karena dengan cara ini akan
menghabiskan bahan baku yang cukup banyak, serta untuk kesembuhannya memerlukan waktu yang cukup lama. Dengan pengolahan
lebih lanjut, pemanfaatan umbi tanaman bakung ini dapat dibuat dalam bentuk
powder dan salep. Apabila pengobatan penyakit bisul dengan menngunakan
powder, lebih cepat penyembuhannya
daripada cara tradisional. Namun masih
kurang efisien karena masih banyak powder
yang terbuang pada saat digunakan
meskipun bisa dilakukan penutupan dengan kain perban.
Apabila
menggunakan salep akan lebih praktis dan
efisien karena kandungan yang dibutuhkan untuk menyembuhkan bisul terikat di
dalam salep. hal ini karena obat bentuk salep akan lebih meresap ke dalam
kulit.
Namun
perlu diketahui bahwa penggunaan umbi tanaman bakung sebagai alternatif obat bisul memiliki
beberapa kekurangan antara lain:
1).
Daya penyembuhannya sedikit lebih lama dibandingkan dengan obat produk pabrik
2).
Tidak aman dikonsumsi sebagi obat dalam karena dapat berpotensi menimbulkan
racun
BAB
III
METODE
PENULISAN
Karya
tulis ini disusun berdasarkan studi literatur. Langkah-langkah penyusunan karya
tulis ini adalah sebagai berikut:
Langkah I : Melakukan identifikasi terhadap masalah yang mau dikaji
secara lebih lanjut
Langkah II : Mengumpulkan sumber yang relevan dari berbagai daftar pustaka
seperti artikel, buku, majalah dan artikel dari internet, melakukan wawancara
kepada narasumber yang mengerti dan memahami tentang topik bahasan. Untuk
selanjutnya menganalisis dan menelaah informasi-informasi yang diperoleh
dikaitkan dengan masalah yang ada untuk dijadikan dasar dalam penyusunan
kerangka penulisan
Langkah III : Mengembangkan kerangka menjadi sebuah karya tulis yang utuh yang
terdiri dari 5 bab yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penulisan,
pembahasan dan penutup. Untuk selanjutnya menyusun karya tulis berdasarkan
pedoman penulisan LKTM.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Upaya Pengobatan yang Telah Dilakukan
oleh Masyrakat di Indonesia.
Dengan
adanya kemajuan teknologi di bidang obat-obatan utamanya untuk penyakit kulit,
di semua negara lebih cenderung menggunakan obat-obatan yang sangat praktis.
Obat-obatan yang dimaksud (misalnya salep) digunakan campuran beberapa bahan
kimia, contoh : penggunaan vaseline dan parafine sebagai bahan pengental yang
semuanya itu adalah hasil produksi
pabrikan. Belum lagi kandungan-kandungan yang ada di dalam bahan pengental contohnya belerang dihaluskan yang
dicampur dalam bentuk salep untuk obat gatal-gatal di kulit. Dengan adanya
peredaran obat kulit semacam di atas ,
penyediaan di masyarakat cukup banyak dan mudah dijangkau karena harganya relatif murah.
Pemikiran-pemikiran
yang berkembang dalam masyarakat adalah
bagaimana cara mengobati penyakit kulit dengan mudah serta dengan harga yang murah sehingga dapat dijangkau.. Namun disatu sisi akibat yang muncul dengan
penggunaan obat-obatan produksi pabrikan yang cenderung menggunakan bahan-bahan
kimia tidak dipikirkan oleh kebanyakan
masyarakat. Hal tersebut tentunya dibutuhkan perhatian dan kepedulian setiap pihak untuk membuat obat
penyakit kulit pengganti yang tidak berbahan
kimia, aman, dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi pemakai.
Upaya ter sebut dapat direlisasikan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang
berkhasiat obat di sekeliling kita yang mudah
pembudidayaannya.
Manakala
ada pihak yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang lebih terhadap penyakit kulit, misalnya bisul, seharusnya
mereka lebih mampu untuk menyedikan obat dengan cara memanfaatkan bahan baku
dari alam. Hal tersebut akan sangat mungkin untuk membantu pembangunan
kesehatan di masyarakat. Dan manakala diupayakan lebih ,
kemungkinan obat-obatan alami tersebut dapat dijadikan komoditi ekspor , sehingga disamping
masyrakat sehat, juga akan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas ekonomi
masyarakat serta kemungkinan menambah
devisa negara dari bahan-bahan baku yang semula tidak diperhatikan. Secar a
kenyataan bahwa tanaman bakung itu lebih banyak terdapat di negara-negara tropis dan terbanyak di Indonesia.
4.2 Potensi Umbi Bakung (Crinum asiaticum Linn) sehingga Bisa
Dimanfaatkan sebagai Alternatif Pengobatan Bisul
Sebagai
salah satu alternatif obat luar penyakit
bisul, umbi bakung mempunyai potensi yang
bisa dimanfaatkan dengan berbagai
macam kelebihan. Di dalam umbi bakung
terdapat zat kimia alkaloida (likorin) yang berbentuk getah dan sangat dominan.
Karena berbentuk getah maka tidak
akan mudah terpengaruh oleh keadaan
luar, misalnya: udara, sinar matahari, kelembapan iklim, dan jamur yang sangat
mungkin akan besar pengaruhnya. Kandungan zat alkaloida di dalam umbi
bakung yang terdapat dalam bentuk
getah memiliki daya tahan lebih
besar dibandingkan dengan bagian tumbuhan
lain (daun, umbi, atau akar) yang tidak bergetah.
Pembudidayaan bakung
dapat dilakukan dengan sangat mudah dan
tidak diperlukan persyaratan khusus. Tumbuhan bakung dapat dibudidayakan
di pekarangan, halaman rumah, tegalan-tegalan, atau pada batas-batas pekarangan yang tidak akan
mengganggu tanaman lain. Pertumbuhan tanaman bakung sangat pesat apabila
dirawat secara intensif. Untuk kebutuhan penggunaan umbi bakung dibutuhkan umbi
yang berumur 7-9 bulan. Budidaya tanaman
bakung mudah dilaksanakan oleh masyarakat dan bisa diupayakan dalam jumlah yang cukup memadai. Selain itu umbi dan daun bakung yang mengandung getah dapat disimpan secar
benar dengan waktu relatif
lama. Adapun cara penyimpanannya adalah: umbi dan daun bakung harus
dikeluarkan kadar airnya seoptimal
mungkin sehingga yang tertinggal adalah umbi kering yang di dalamnnya
mengandung alkaloida. Tentunya hal tersebut akan sangat menguntungkan bila digunakan sebagai
strategi untuk penyediaan kebutuhan umbi dan daun sebagai bahan baku obat kulit
penyakit bisul.
4.3 Keunggulan Obat Bisul
dari Ekstrak Umbi Bakung (Crinum
asiaticim Linn) Dibandingkan Obat
yang Lain.
Berdasarkan pengalaman nenek moyang
yang belum mengenal teknologi, cara penggunaan umbi bakung untuk
pengobatan bisul dilakukan dengan cara penapalan. Meskipun bisa sembuh, cara
itu masih sangat tradisional dan tidak
praktis. Cara tradisional akan menghabiskan bahan baku yang cukup banyak (tidak
efisien) dan tidak efektif karena
terlalu rumit dan untuk kesembuhan memakan waktu yang cukup lama. Mengobati
penyakit bisul dengan menggunakan powder lebih cepat penyembuhannya daripada
tapelan, namun masih kurang efisien karena masih banyak powder
yang terbuang pada saat digunakan
meskipun bisa dilakukan penutupan dengan kain perban. Menggunakan salep akan lebih praktis dan
efisien karena kandungan yang dibutuhkan untuk menyembuhkan bisul terikat di
dalamnya. Selain itu karena salep bisa
cepat meresap di kulit. Hal tersebut akan lebih efektif didalam
pemakaiannya, pada saat jaga maupun
tidur bisa dilakukan pengobatan serta salep mudah dibawa kemana-mana. Tingkat
penyembuhan obat pabrikan yang menggunkan bahan kimia cenderung lebih cepat dibandingkan
dengan obat bisul dari umbi bakung, namun dampak negatif dari penggunaan obat
pabrikan tersebut tidak dapat dihindarkan, antara lain pengaruh pada kulit,
jaringan-jaringan kulit di tubuh misal kulit hangus atau timbulnya flek hitam
. dengan menggunakan salep bakung dampak
negatif tersebut tidak ada.
4.4 Aplikasi Penggunaan
Obat Bisul dari Umbi Bakung (Crinum
asiaticum Linn) Secara Sederhana di Masyarakat.
Ø Secara
sederhana dapat digunakan cara tradisional
yaitu dengan cara umbi bakung dibersihkan dan diparut. Selanjutnya
parutan ditapalkan pada bisul. Cara ini kurang efektif, efisien, dan higienis.
Ø Dengan
cara pengeringan (dibuat powder)
Alat
:
1)
Pisau stainlesteel
2)
Oven
3)
Kompor spiritus
4)
alat alumunium untuk
menjemur
5)
pengayak
6)
Penumbuk/mesin penumbuk
7)
wadah kemasan
(alumunium foil, gelas)
Bahan : umbi bakung basah (kurang lebih 1 kg)
Dengan ketentuan:
1)
Umbi bakung yang sudah
cukup tua (berumur 7-9 bulan)
2)
Keadaan umbi bakung
cukup bagus, diumbi tidak ada bekas penyakit tanaman
3)
Umbi segar, umbi
direncanakan untuk diambil (bukan umbi buangan)
4)
Umbi berasal dari
tanaman bakung yang tidak diberi pupuk kimia maupun obat-obatan kimia.
Proses:
1)
Umbi bakung
dibersihkan, dirajang, dikeringkan (selama 4-5 hari) kemudian di oven di kompor
spiritus dengan suhu kurang lebih 70 ° C.
Pengeringan umbi bisa dilaksanakan
dengan pemanasan matahari secara tidak
langsung selama 4-5 hari dalam keadaan panas penuh dan selanjutnya dapat
dikeringkan dengan pengering buatan
manual /elektrik (oven) dengan panas 60°-70°C,
waktu pemanasan sekitar 20-30 menit.
Untuk mencegah kehilangan kandungan-kandungan zat kimia yang mungkin hilang
pada saat pemanasan dengan sinar matahari,
seyogyanya menggunakan alat dari alumunium (stainlees) dan ditutup
dengan kain hitam. Sekaligus untuk menjaga bahan yang dikerigkan dari pengaruh
luar , misal udara. Selanjutnya pemanasan dengan oven bertujuan untuk
meminimalisir kadar air, karena pemanasan dengan matahari kandungan air dalam
umbi masih tersisa sekitar 20-25 %. Oleh
karena itu untuk menghilangkan
kandungan air seoptimal mungkin hingga menjadi kurang lebih 2 %
dibutuhkan pemansan kedua dengan menggunakan oven. Bila proses pengeringan
dilaksanakan semacam demikian, kandungan alkaloida itu masih sangat cukup
banyak sehingga dengan cara-cara yang
baik penyediaan bahan bakung dapat diupayakan dan dipertahankan sebagai sebuah
strategi untuk penyediaan kebutuhan umbi sebagai bahan baku obat luar untuk
penyakit bisul.
2)
Didinginkan dalam
ruangan tertutup suhu kamar (kurang
lebih 32°
C), setelah 1-2 jam ditumbuk dengan penumbuk martil (dengan mesin tepung
stainlees).
3)
Diayak dengan
menggunakan saringan stainlees
4)
Dikemas (ditaruh dalam
plastik atau alumunium foil atau gelas)
5)
Dipanaskan lagi dengan
suhu 70°C
(untuk sterilisasi)
Ø Dalam
bentuk salep
Alat :
1)
Kompor spiritus
2)
Panci stainlees
3)
Alat pengaduk
4)
Kain tapis
5)
Saringan stainlees
6)
Termometer
Bahan :
1)
Umbi bakung dalam
bentuk powder
2)
Minyak kelapa murni
semisal VCO
3)
Malam tawon
Proses :
1)
Powder sebanyak kurang
lebih 40-50 kg dicampur dengan minyak
kelapa murni sebanyak 1,5 L
2)
Dipanaskan dengan suhu
kurang lebih 70°C
selama kurang lebih 30-45 menit. Warna minyak menjadi hijau kecoklatan.
3)
Dalam keadaan panas
disaring dengan kain tapis, bila perku dilakukan 2 kali penyaringan supaya
mendapatkan hasil hasil yang lebih jernih.
4)
Ke dalam campuran pada
nomor 3 ditambahkna malam tawon sebanyak 250 g, lalu dipanaskan lagi dengan
suhu 70°C.
5)
Dalam keadaan panas
disaring kembali dengan kain tapis.
6)
Dalam keadaan setengah
panas dikemas, ditunggu sampai dingin.
4.5 Implikasi Penggunaan
Obat Bisul dari Umbi Bakung (Crinium asiaticum Linn) terhadap
Masyarakat
Selama
ini tanaman bakung belum banyak mendapatkan perhatian serius dari berbagai
pihak, utamanya petani atau masyarakat tani. Apabila tanaman ini
dimanfaatkan secara optimal salah
satunya dengan menggunakannya sebagai alternatif obat luar penyakit bisul, maka
implikasi dari penggunaannya antara lain:
1)
Karena pembudidayaan
sangat mudah dalam arti, bibit dan lahan banyak tersedia ditambah dengan
kemudahan pertumbuhan bakung setidaknya masyarakat petani akan mudah melaksanakan budidaya dengan sendirnya
sehingga penyediaan bahan bakung bisa tercukupi (aspek ekonomi).
2)
Dengan memperbanyak
aspek-aspek informasi dan komunikasi dari berbagai sumber (mass media,
elektronik, cetak) secar a perlahan namun
pasti sumber daya manusia di kalangan masyarakat petani akan mudah meningkat. Apabila
masyarakat petani mau dan mampu
mewujudkan kesehatan diri, keluarga dan lingkungan, tidak menutup kemungkinan masyarakat akan lebih terlindungi dari
penyakit-penyakit kulit (misalnya bisul).
3)
Dari segi biaya
kesehatan, apabila masyarakat petani mau dan mampu untuk peduli dan menyerap
informasi tentang kegunaan dan manfaat tanaman bakung setidaknya akan
mampu mengantisipasi kesehatannya yang
menyangkut penyakit kulit. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk
pemeliharaan kesehatan itu akan lebih
kecil (efisiensi biaya).
4)
Dari sudut etika bila
masyarakat semua lapisan mengetahui manfaat umbi bakung sebagai obat
penyakit kulit maka pemandangan yang kurang menyenangkan mengenai bisul
di masyarakat akan terminimalkan.
5)
Sehubungan dengan
tersebut di atas permasalahannya adalah
harus ada dorongan atau motivasi untuk menyadarkan masyarakat agar mereka peduli terhadap
hal-hal kecil yang ada, dimana hal
tersebut akan memberikan suatu kebaikan dan keuntungan bagi masyarakat petani
dan lingkungan itu sendiri
6)
Dipandang dari sudut estetika bahawa tanaman bakung
bila ditanam dipekarangan secara tertata
akan menjadikan hiasan alami dan indah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Selama
ini masyarakat cenderung masih menggunakan obat pabrikan untuk mengobati
penyakit bisul tanpa memperhatikan
dampak negatif nya. Mereka hanya memikirkan harga yang murah tanpa mengetahui apakah obat
itu aman atau tidak.
2. Tanaman
bakung (Crinum asiaticum Linn),
terutama umbinya mengandung zat kimia alkaloida (likorin) yang berpotensi untuk
membantu penyembuhan penyakit bisul.
Selain itu pembudidayaannya pun tidak
sulit, sehingga mempermudah dalam hal penyediaan bahan baku untuk pembuatan
powder dan salep sebagai obat luar penyakit bisul.
3. Alternatif
obat luar penyakit bisul dengan menggunakan salep dari umbi bakung lebih alami,
aman, dan tidak menimbulkan efek yang negatif
bagi kulit (misalnya timbulnya flek hitam, dan lain-lain). Selain itu
untuk umbi bakung yang dibuat dalam bentuk salep, akan cepat meresap ke dalam
kulit sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
4. Aplikasi
pemanfaatan umbi bakung sebagai
alternatif obat luar penyakit bisul dalam masyrakat dapat melaui 3 cara, yaitu:
cara tradisional, dibuat bentuk powder,
dan dibuat bentuk salep.
5. Penggunaan
umbi bakung sebagai alternatif obat
luar penyakit bisul memiliki
implikasi terhadap masyarakat antara
lain: meningkatkan ekonomi masyrakat,
meningkatkan mutu SDM, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan, meminimalkan biaya pemeliharaan kesehatan, meminimalisir pemandangan
yang kurang menyenangkan di masyrakat mengenai penyakit bisul, tanaman bakung
dapat memberikan nilai estetika tersendiri jika digunakan sebagai tanaman hias.
5.2 Saran
1. Seharusnya
masyarakat harus lebih meningkatkan
kesadaran terutama di bidang kesehatan.
2. Masyarakat
harusnya lebih waspada lagi dengan banyaknya obat-obatan yang beredar bebas di
luar.
3. Dengan
banyak tersedianya sumberdaya alam khusunya tanaman yang berkhasiat obat, masyrakat hendaknya menaruh
perhatian dengan memanfaatkannnya secara
maksimal melalui pembudidayaan baik dalam
kapasitas besar maupun kecil.
4. Seharusnya untuk pemerintah dan masyarakat yang peduli khususnya, mau untuk
memaksimalkan potensi yang ada pada tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn)
5. Pemerintah
maupun masyarakat hendaknya tidak memandang sepele untuk jenis penyakit ini,
sehingga alternatif –alternatif
pengobatannya pun lebih diperhatikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Kurniasih,
Dedeh. 2006. Ih, kok, bisulan melulu,
(Online), (http://www.mail-archive.com/milis-nakita, diakses 15 Mei 2007)
Kurniasih,
Dedeh. 2006. Bisul Bukan Gara-Gara Makan
Telur, (Online), (http://www.mail-archive.com/milis-nakita, diakses 15 Mei 2007)
Wardah.
2006. Crinum asiaticum, (Online), (http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=9, diakses 21 Desember 2007)
-------------,----------.
2007. Bakung, (Online), (http://www.info-herbal.com, diakses 15 Desember 2007)
Perkasa,
Bandang. 2006. Bunga Bakung Spider
Lily (Crinum asiaticum),
(Online), (http://www.bandang perkasa .fotopages.com, diakses 15 Desember 2007)
RINGKASAN
Penyakit bisul
(furunkel) sudah tidak asing lagi kita
dengar. Berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja , maupun dewasa bisa
terjangkit penyakit ini. Penyakit yang disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus ini seringkali
dianggap sepele oleh penderitanya, padahal jika sudah kronis bisul bisa muncul
di daerah sekitar mata dan hidung yang bisa jadi racunnya merebak sampai ke
otak . Sebagai penyakit, bisul haruslah segera
disembuhkan. Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang menular, sehingga jika
dibiarkan begitu saja bisa merebak ke bagian tubuh sehat yang lain atau bahkan
menyerang orang-orang sehat di sekitar kita.
Di masyarakat
sekarang istilah back to nature sering kita dengar. Masyarakat
berbondong-bondong mencari segala jenis pengobatan yang lebih alami. Begitu
juga dengan penyakit bisul ini, pengobatan secara alami dapat kita peroleh dari
tanaman yang ada di sekitar kita, antara
lain umbi bakung (Crinum asiaticum Linn). Selama ini dalam mengobati bisul,
masyarakat lebih cenderung menggunakan obat pabrikan yang mengandung bahan
kimia tanpa memperhatikan kemungkinan dampak negatif yang akan ditimbulkan.
Tumbuhan bakung (Crinum asiaticum Linn)
mengandung zat kimia berupa alkaloida (likorin) yang terdapat dalam umbinya. Zat ini mampu digunakan untuk mengobati bisul karena bisa
membunuh bakteri penyebab bisul. Selain itu alternatif obat luar bisul ini
tidak menimbulkan efek samping seperti obat pabrikan, misalnya timbulnya flek
hitam.
Pembuatan umbi tanaman
bakung (Crinum
asiaticum Linn) sebagai alternatif obat luar penyakit
bisul dapat dengan mudah diaplikasikan dalam masyarakat melalui 3 cara,
yaitu:a) dengan cara tradisional (tapi cara ini kurang efektif dan efisien), b)
dengan mengubah ke dalam bentuk powder, c) dengan mengubah ke dalam bentu salep
(penggunaan salep lebih efektif, efisie,
aman, dan higienis dari kedua cara yang lain).
Implikasi
penggunaan umbi tanaman bakung (crinum asiaticum Linn) sebagai
alternatif obat luar bisul terhadap masyarakat antara lain: meningkatkan
ekonomi masyrakat, meningkatkan mutu
SDM, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, meminimalkan
biaya pemeliharaan kesehatan, meminimalisir pemandangan yang kurang
menyenangkan di masyrakat mengenai penyakit bisul, tanaman bakung dapat
memberikan nilai estetika tersendiri jika digunakan sebagai tanaman hias.









Tidak ada komentar:
Posting Komentar