Bahasa Indonesia
Nama Kelompok:
1) Chairun Nisa
2) Ni pt. Gading K.A.
3) Siti Miftahul Jannah
4) putu Widya Iswara
Unsur-unsur Intrinsik:
Tema : Persahabatan
Judul : Sebuah Episode
Tokoh: Yon wataknya keras
Ivan wataknya baik
Lola wataknya suka menolong
Roy wataknya suka menolong
Andre wataknya baik
Tesa wataknya suka menolong
Bram wataknya lemah lembut
Jim wataknya baik tetapi penipu
Sinopsis Novel
Sebuah Episode
Yon
adalah pria yang sederhana. Ayah Yon bekerja sebagai pegawai negeri biasa, dan
ibu Yon sebagai ibu rumah tangga. Kesehariannya Yon selalu saja bertengkar
dengan orang tuanya sejak kejadian itu. 5 tahun yang lalu, ayah Yon pernah
ditawarkan pekerjaan yang dapat merubah hidup keluarganya, tetepi ayah Yon
tidak mau menerima tawaran itu karena alasan tertentu. Setiap pulang kerja ayah
Yon selalu pulang malam, karena mencari uang tambahan untuk biaya kuliah Yon.
Pagi
ini Yon berangkat sekolah, tiba-tiba ia bertemu dengan Jim, teman lamanya
sewaktu ia di SLTP dulu. Lalu Jim mengantarkannya kesekolah dengan mobil
barunya. Ternyata Jim sudah tidak bersekolah lagi, malah dia sudah bekerja
dengan usahanya sendidri, mungkin itu karena orang tuanya bercerai. Jim ingin
tau alamat rumah Yon untuk bercerita panjang lebar tentang dirinya. Sampai di
sekolah Yon menulis kisah Jim yang sangat menyedihkan. Setelah itu jam
pelajaran pun dimulai. Pak Darlis memasuki ruang kelas, tiba-tiba Bram datang
terlambat dan Pak Darlis pun memarahi Bram.
Ternyata
Bram tidak masuk selama sekolah selama 1 minggu. Itu karena, ia harus merawat
ibunya yang sedang sakit, sekaligus mencari uang tambahan untuk membeli obat.
Dan sekarang Bram memutuskan untuk berhenti sekilah. Semua teman satu kelasnya
sudah tahu masalah Bram dari Andre, ketua kelas dikelas mereka. Dan mereka
sepakat untuk membantu Bram. Sepulang sekolah Yon pergi ke rumah Ivan sampai
larut malam. Di rumah Ivan , Yon banyak bercerita tentang dirinya dan juga Jim.
Keesokan
harinya, Yon menemui Jim. Dan Jim menawarka pekerjaan kepada yon, tentu saja
Yon menerimanya karena ia menganggap pekerjaan itu cukup mudah. Setelah itu,
Yon dan Jim pergi untuk jalan-jalan sampai larut malam. Sesampainya di rumah.
Bapak memarahi Yon, sebab ia baru pulang larut malam.
Hari
ini merupakan hari pertama Yon bekerja. Jim memberikan alamat yang harus Yon
datangi, sekaligus mengajarkan Yon cara untuk bersikap jika ada polisi yang
curiga. Di sepanjang perjalanan, Yon ditemani oleh teman Jim yaitu Badil dan
mereka pun sampai ke alamat tersebut. Akhirnya tugas pertama Yon berhasil
dengan sukses. Sampailah mereka di tempat Jim, lalu Jim mengajak Yon untuk
pergi jalan-jalan. Setelah itu Yon meninggalkan Jim untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah yon, Bapak, Ibu bertengkar hebat smpai-sampai Yon di usir
oleh Bapak karena Bapak tahu kalau Yon sudah bekerja.
Sore
ini Yon mengundang Ivan, Roy ,
Noni, Tesa,dan Lola untuk makan bersama
dalam rangka hajatan balas dendam. Maksudnya balas dendam untuk membalas semua
kebaikan teman-temannya selama ini. Saat makan bersama banyak yang mereka
bicarakan terutama masalah Bram dll, kami pun kembali pulang, namun Yon tidak
pulang ke kosnya dia menginap di rumah Ivan.
Keesokan
harinya Bram kembali ceria, masalah biaya sekolah sudah teratasi, Ibunya juga
sudah pulih kembali. Semangat Bram semakin kuat karena mempunyai teman senasib
yang berjuang demi masa depan.
Sore
ini Yon merasa pegal-pegal dan kepalanya pusing karena seminggu terakhir ini,
Yon bekerja sampai larut malam. Bisnis Jim semakin berkembang, Yon juga ikut
menikmatinya, Yon pun ingin istirahat. Pukul enam tiga puluh menit Jim menelpon Yon dan mengajaknya untuk jalan-jalan.
Setelah bersiap-siap, Yon menunggu Jim di depan gang. Tetapi Jim tidak ada di
rumahnya, dan Yon pun kembali ke rumah, sesampainya di rumah Yon terkejut
karena Jim sudah ada didepan rumahnya. Dam mereka segera meninggalkan rumah Yon untuk jalan-jalan
di malam minggu. Mereka berdua pergi kesebuah bioskop. Selesai menonton film,
Jim mengantar Yon pulang kerumahnya karena Yon ingin segera beristirahat.
Keesokan harinya Yon pergi menemui adiknya dan
bertanya tentang keadaan ayah dan keluarganya. Setelah mendengar cerita dari
adiknya Yon merasa senang dan Yon pun kembali ke tempat kosnya. Sampai ditempat
kosnya, ada selembar kertas yang terselip didepan pintu. Ternyata ada kabar
gembira dari Jim, Yon mendapat tugas untuk mengantarkan barang yang datang ke
gudang kepada pemesan langganan Jim. Sudah tiga hari Yon menunggu kabar dari
Jim, dan Jim sama sekali tidak menghubungi Yon. Yon meminta sebuah bantuan Ivan
untuk mengerjakan tugasnya, karena Yon tidak bisa berkonsentrasi. Sepulang dari
rumah Ivan, Yon sangat kaget ketika dia melihat Jim yang sudah ada dikamarnya
yang sedang terluka. Jim menceritakan semuanya kepada Yon, tetapi ada juga yang
disembunyikannya dari Yon.
Keesokan
harinya Jim sudah pergi dari kos-kosan Yon. Saat itu juga Yon keluar dan membeli
Koran. Yon sangat kaget setelah mengetahui Jim adalah seorang perampok yang
menjadi buronan polisi. Yon langsung memutuskan untuk pulang kerumahnya,
sesampainya dirumah, Yon disambut oleh Ibunya. Ibu Yon menunjukkan sesuatu
kepada Yon yang ternyata itu sebuah dompet. Yon langsung memeriksa isi dompet
itu, dan Yon yakin bahwa itu adalah dompet Jim yang hilang sewaktu ia pergi ke
boskop. Yon menyuruh Ibunya untuk menyimpan dompet itu dengan baik-baik.
Akhirnya petualangan Jim berakhir di tangannya
sendiri, sebutir peluru manembus otaknya, memang tidak seharusnya dilakukan
tetapi memang begitulah sandiwara kehidupan.
Amanat yang bisa kita
ambil dari novel ini adalah kita sesama teman sekelas harus saling tolong menolong dengan sesama lain, agar masalah
yang dialami teman kita bisa teratasi dengan mudah.
MERESENSI BUKU
Judul
: Tata Busana
Penulis
: Anwar Izmara dan Nina Martina
Penerbit
: Yrama Widya
Cetakan
I : April
2011
Tebal
: 114
+ vi halaman
CARA
CEPAT BELAJAR MENJAHIT
Buku ini ditulis untuk
memberikan keterampilan praktis tentang panduan dan latihan untuk melakukan
keterampilan di bidang menjahit dan tata busana pada siswa.
Buku yang
terdiri atas enam bab ini menguraikan
tentang: (1) Dasar-dasar menjahit,
(2) membuat pola, (3) pakaian seragam, (4) pakaian olahraga, (5) pakaian anak,
serta (6) busana muslim. Melalui buku ini diharapkan memberi pelajaran Muatan
Lokal di Sekolah khususnya SMA, agar para siswa mempunyai keahlian menjahit
untuk bekal di masa depannya. Penulis menguraikan berbagai macam dasar-dasar
menjahit. Adapun dasar-dasar menjahit (1) peralatan dan bahan-bahan menjahit
yang digunakan, peralatan yang dimaksudkan yaitu mesin jahit, mesin obras,
gunting, jarum, meteran, kapur jahit dll. (2) cara menjahit dengan tangan, (3)
macam-macam sepatu mesin jahit, sesuai penggunaannya sepatu mesin jahit sangat
bervariasi, sebagai contoh sepatu untuk menjahit resleting akan berbeda dengan
sepatu untuk menjahit kain, (4) jenis-jenis jahitan dengan mesin. Selain
dasar-dasar menjahit, di buku ini juga terdapat langkah-langkah cara pembuatan
pakaian olahraga misalnya: cara-cara membuat kostum sepak bola yang terdapat
pada halaman 51-52.
Buku ini
sangat diperlukan bagi siswa karena buku ini bertujuan untuk memotivasi dan
memberdayakan para siswa agar mempunyai minat tersendiri, menambah wawasannya,
dan menyalurkan hobinya di bidang keterampilan menjahit.
Di samping itu,
kehadiran buku keterampilan ini disusun sebagai upaya untuk mewujudkan program
pemerintah dalam Pemberdayaan Pelaksana
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) sehingga buku ini dapat digunakan
oleh peserta didik, khususnya SMA/sederajat karena buku ini terintegrasi dengan
kompetisi dasar SMA dan sesuai dengan tujuan awalnya yaitu untuk memotivasi dan
memberdayakan para lulusan SMA/sederajat yang tidak melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi agar mampu berkarya dan tidak hanya berorientasi untuk
mencari pekerjaan saja
Keunggulan
buku
Adalah menggunakan bahasa yang mudah di mengerti , kata dan kalimatnya
pun sangat jelas dan cara-cara menjahit
sehingga memudahkan para pembaca memahaminya
dan sebagai tambahannya yaitu dibelakang buku ini terdapat profil sukses
yang dapat memotivasi seseorang yang ingin menjadi sukses menjahit.
Kelemahan
Buku
Adalah cover yang ada di buku ini kurang menarik sehingga pembaca
terkesan tidak bergairah untuk membacanya, padahal buku ini sudah sangat bagus
hanya saja gambar yang ada cover buku itu.

Curiga
(Humam S. Chudori )
Saya baru tiba, tatkala lelaki
yang tinggal satu RT itu datang ke rumah. Dengan gaya jagoan, lelaki itu
marah-marah. "Jangan sok ya Pak? Apa mentangmentang bapak seorang dosen?
Istri bapak seorang wanita karier. Kalau istri saya cuma seorang ibu rumah
tangga dan saya sendiri terpaksa menjadi seorang satpam," demikian
mulutnya nyerocos, tak karuan. Tak jelas juntrungan-nya.
Saya
diam. Ini ada masalah apa? Saya membatin. Kenapa tiba-tiba Suhono
bicara status pekerjaan.
"Jangan
suka nyindir keluarga satpam, Pak," lanjutnya.
"Apa
maksud Pak Suhono," kata saya. "Lagi pula siapa yang menyindir?"
"Tadi
istri bapak mengatakan, 'biar jadi satpam segala'. Apa sih maunya?"
Saya
diam. Pasti telah terjadi miss comunication, pikir saya. Tapi, saya berusaha
untuk tidak meladeninya. Percuma, pikir saya. Lelaki yang tinggal satu RT
dengan kami itu memang bawaannya selalu curiga. Mungkin karena profesinya
sebagai satpam.
Benar.
Sikap dan watak seseorang, diakui atau tidak, seringkali akan sangat dipengaruhi
profesi yang digelutinya. Nah, karena menjadi seorang satpam (pekerjaannya
menuntut agar selalu waspada, apalagi sejak bom meledak di mana-mana. Tuntutan
kewaspadaan ini acapkali diterjemahkan mereka sebagai harus bersikap curiga
kepada siapa pun), tak heran jika pembawaan Suhono selalu curiga. Bahkan
terhadap tetangga sendiri. Segala sesuatu ditafsirkan secara picik. Pola pikir
lelaki berhidung sempok itu selalu negative thinking.
"Kalau
memang istri saya salah, maafkan dia. Nanti biar saya kasih tahu."
"Mestinya bapak harus bisa mengajar
istri."
Saya
diam. Saya berusaha mencari kalimat yang tepat untuk disampaikan
kepada orang yang satu
ini.
"Terima
kasih atas peringatannya, Pak," kata saya setelah menemukan
kalimat yang pas untuk
disampaikan kepadanya.
"Orang hidup bertetangga memang perlu
saling mengingatkan. Ya, kadang-kadang apa yang kita anggap tidak mengganggu
orang lain namun kenyataannya, tanpa kita sadari yang
kita lakukan mengganggu
orang lain. Ya, misalnya saja kita menyetel radio keras-keras. Benar. Radio itu
milik sendiri. Disetel di rumah sendiri. Tapi, kalau suara radio itu terlalu
keras bisa mengganggu tetangga."
"Kalau
itu lain, Pak," Suhono memotong kalimat saya. Seketika itu pula
wajahnya berubah. Merah.
Entah karena malu atau bertambah tersinggung.
"Lain
bagaimana? Apa kalau ada tetangga sedang sakit gigi, kita tahu?
Kalau kita menyetel lagu
keras-keras tidak mengganggu tetangga kita yang sedang sakit? Karena itu, kalau
kita bilang menyetel lagu keras-keras." "Assalamualaikum,"
sebuah uluk salam menghentikan kalimat yang belum usai saya lontarkan. Karena
saya buru-buru menjawab salam yang diucapkan Pak RT yang baru datang itu.
Ketika Pak RT masuk, suami
Wulan itu langsung pulang. Entah kenapa. Yang pasti, seperti kata orang-orang,
Suhono sebetulnya kurang pede. Untuk menutupi kekurangannya itu, ia selalu
bicara dengan suara keras. Terkadang bernada kasar. Namun, jika ada yang
meladeninya, lelaki itu tak dapat berbuat apa-apa. Hanya saja, memang, jarang
sekali orang mau melayaninya. Ia juga kurang bergaul dengan tetangga sekitar.
Jika ada pertemuan warga, misalnya, pun ia tidak mau datang.
* * *
Pernah terjadi, Sulinah -
pembantu keluarga Aris - dimarahi habis-habisan oleh Suhono gara-gara menjemur
pakaian di jalan, di depan rumah sendiri yang berhadap-hadapan dengan rumah
Suhono. Kebetulan rumah mereka berada di pojok jalan. Artinya, jika jemuran
mereka dijemur di jalan tidak akan mengganggu kendaraan yang berlalu lalang.
Karena depan rumah mereka tidak mungkin dilewati oleh kendaraan.
"Mengganggu
pemandangan," demikian Suhono sering memarahi
pembantu Aris.
Mungkin
karena sering dimarahi tetangga, Sulinah akhirnya tak betah. Aris pun berganti pembantu.
Namun, pembantu berikutnya juga mengalami hal yang sama. Setelah tiga kali
berganti pembantu dan selalu mengalami perlakuan yang sama, Aris sengaja
menjemur sendiri cucian mereka kendati saat itu di rumahnya ada pembantu. Ia
berbuat demikian dengan maksud ingin tahu apakah Suhono berani menegur dirinya.
Sebab, kalau ia menegur, Aris akan mempersoalkan tetangganya itu yang sering
membuat sang pembantu tidak betah. Kenyataannya, lelaki bertubuh tambun itu tak
berani menegur Aris. Cerita ini saya dengar sendiri dari Aris.
"Orang
seperti Suhono jangan dikasih hati, Pak,
"
lanjut Aris usai menuturkan penyebab pembantunya tidak ada yang betah.
Saya
diam.
"Mungkin
adu fisik, kita bisa kalah. Tetapi, apa tidak ada hukum. Memangnya orang bisa
seenaknya berbuat sekehendak hati? Tanpa ada hukum? Saya memang sengaja
menjemur pakaian di depan rumah sendiri."
"Apa
alasannya pembantu Pak Aris tak boleh menjemur di situ?" Tanya saya ingin
tahu.
"Dia
bilang itu tanahnya. Nah, tanah dari mana? Orang itu tanah umum. Jalan umum.
Hanya kebetulan saja rumahnya terletak di pojok. Lalu jalan umum diaku sebagai
tanahnya. Dasar kampungan," tambah Aris. "Coba kalau dia berani
ngomong begitu sama saya. Memangnya saya tidak keberatan kalau dia mencuci
motor di depan rumah. Lha airnya ke mana-mana. Jalanan jadi basah. Bahkan di
depan rumah jadi tergenang air. Jika dia berani menegur saya, akan saya tuntut
balik. Karena dia telah membuat pembantu saya tidak ada yang betah."
Sejak
Aris menjemur sendiri cucian di jalan depan rumahnya, Suhono memang tidak
berani menegur. Agaknya ia harus berpikir panjang jika harus menegur Aris.
Setelah beberapa kali Aris menjemur dan tak ada masalah, ia menyuruh sang pembantu
- entah pembantu yang ke berapa - untuk menjemur pakaian seperti yang dilakukan
sang majikan.
Nama Kelompok:
1) Chairun Nisa
2) Ni pt. Gading K.A.
3) Siti Miftahul Jannah
4) putu Widya Iswara










Tidak ada komentar:
Posting Komentar