-moz-border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-top: 2px solid #FF6699; border-bottom: 2px dotted #FF6699; border-right: 10px solid #FF6699; border-left: 10px solid #FF6699; background: $(main.background); Bahasa Indonesia ~ Siti Miftahul Jannah Sitii Miftahul Jannah

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

Nama Kelompok:

1) Chairun Nisa
2) Ni pt. Gading K.A.
3) Siti Miftahul Jannah
4) putu Widya Iswara

Unsur-unsur Intrinsik:
            Tema : Persahabatan
            Judul : Sebuah Episode
            Tokoh: Yon wataknya keras
                        Ivan wataknya baik
                        Lola wataknya suka menolong
                        Roy wataknya suka menolong
                        Andre wataknya baik
                        Tesa wataknya suka menolong
                        Bram wataknya lemah lembut
                        Jim wataknya baik tetapi penipu

Sinopsis Novel
Sebuah Episode

            Yon adalah pria yang sederhana. Ayah Yon bekerja sebagai pegawai negeri biasa, dan ibu Yon sebagai ibu rumah tangga. Kesehariannya Yon selalu saja bertengkar dengan orang tuanya sejak kejadian itu. 5 tahun yang lalu, ayah Yon pernah ditawarkan pekerjaan yang dapat merubah hidup keluarganya, tetepi ayah Yon tidak mau menerima tawaran itu karena alasan tertentu. Setiap pulang kerja ayah Yon selalu pulang malam, karena mencari uang tambahan untuk biaya kuliah Yon.
                Pagi ini Yon berangkat sekolah, tiba-tiba ia bertemu dengan Jim, teman lamanya sewaktu ia di SLTP dulu. Lalu Jim mengantarkannya kesekolah dengan mobil barunya. Ternyata Jim sudah tidak bersekolah lagi, malah dia sudah bekerja dengan usahanya sendidri, mungkin itu karena orang tuanya bercerai. Jim ingin tau alamat rumah Yon untuk bercerita panjang lebar tentang dirinya. Sampai di sekolah Yon menulis kisah Jim yang sangat menyedihkan. Setelah itu jam pelajaran pun dimulai. Pak Darlis memasuki ruang kelas, tiba-tiba Bram datang terlambat dan Pak Darlis pun memarahi Bram.
                Ternyata Bram tidak masuk selama sekolah selama 1 minggu. Itu karena, ia harus merawat ibunya yang sedang sakit, sekaligus mencari uang tambahan untuk membeli obat. Dan sekarang Bram memutuskan untuk berhenti sekilah. Semua teman satu kelasnya sudah tahu masalah Bram dari Andre, ketua kelas dikelas mereka. Dan mereka sepakat untuk membantu Bram. Sepulang sekolah Yon pergi ke rumah Ivan sampai larut malam. Di rumah Ivan , Yon banyak bercerita tentang dirinya dan juga Jim.
                Keesokan harinya, Yon menemui Jim. Dan Jim menawarka pekerjaan kepada yon, tentu saja Yon menerimanya karena ia menganggap pekerjaan itu cukup mudah. Setelah itu, Yon dan Jim pergi untuk jalan-jalan sampai larut malam. Sesampainya di rumah. Bapak memarahi Yon, sebab ia baru pulang larut malam.
                Hari ini merupakan hari pertama Yon bekerja. Jim memberikan alamat yang harus Yon datangi, sekaligus mengajarkan Yon cara untuk bersikap jika ada polisi yang curiga. Di sepanjang perjalanan, Yon ditemani oleh teman Jim yaitu Badil dan mereka pun sampai ke alamat tersebut. Akhirnya tugas pertama Yon berhasil dengan sukses. Sampailah mereka di tempat Jim, lalu Jim mengajak Yon untuk pergi jalan-jalan. Setelah itu Yon meninggalkan Jim untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah yon, Bapak, Ibu bertengkar hebat smpai-sampai Yon di usir oleh Bapak karena Bapak tahu kalau Yon sudah bekerja.
                Sore ini Yon mengundang Ivan, Roy, Noni, Tesa,dan Lola untuk makan  bersama dalam rangka hajatan balas dendam. Maksudnya balas dendam untuk membalas semua kebaikan teman-temannya selama ini. Saat makan bersama banyak yang mereka bicarakan terutama masalah Bram dll, kami pun kembali pulang, namun Yon tidak pulang ke kosnya dia menginap di rumah Ivan.
                Keesokan harinya Bram kembali ceria, masalah biaya sekolah sudah teratasi, Ibunya juga sudah pulih kembali. Semangat Bram semakin kuat karena mempunyai teman senasib yang berjuang demi masa depan.
                Sore ini Yon merasa pegal-pegal dan kepalanya pusing karena seminggu terakhir ini, Yon bekerja sampai larut malam. Bisnis Jim semakin berkembang, Yon juga ikut menikmatinya, Yon pun ingin istirahat. Pukul enam tiga puluh menit  Jim menelpon Yon dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Setelah bersiap-siap, Yon menunggu Jim di depan gang. Tetapi Jim tidak ada di rumahnya, dan Yon pun kembali ke rumah, sesampainya di rumah Yon terkejut karena Jim sudah ada didepan rumahnya. Dam mereka  segera meninggalkan rumah Yon untuk jalan-jalan di malam minggu. Mereka berdua pergi kesebuah bioskop. Selesai menonton film, Jim mengantar Yon pulang kerumahnya karena Yon ingin segera beristirahat.
                 Keesokan harinya Yon pergi menemui adiknya dan bertanya tentang keadaan ayah dan keluarganya. Setelah mendengar cerita dari adiknya Yon merasa senang dan Yon pun kembali ke tempat kosnya. Sampai ditempat kosnya, ada selembar kertas yang terselip didepan pintu. Ternyata ada kabar gembira dari Jim, Yon mendapat tugas untuk mengantarkan barang yang datang ke gudang kepada pemesan langganan Jim. Sudah tiga hari Yon menunggu kabar dari Jim, dan Jim sama sekali tidak menghubungi Yon. Yon meminta sebuah bantuan Ivan untuk mengerjakan tugasnya, karena Yon tidak bisa berkonsentrasi. Sepulang dari rumah Ivan, Yon sangat kaget ketika dia melihat Jim yang sudah ada dikamarnya yang sedang terluka. Jim menceritakan semuanya kepada Yon, tetapi ada juga yang disembunyikannya dari Yon.
                Keesokan harinya Jim sudah pergi dari kos-kosan Yon. Saat itu juga Yon keluar dan membeli Koran. Yon sangat kaget setelah mengetahui Jim adalah seorang perampok yang menjadi buronan polisi. Yon langsung memutuskan untuk pulang kerumahnya, sesampainya dirumah, Yon disambut oleh Ibunya. Ibu Yon menunjukkan sesuatu kepada Yon yang ternyata itu sebuah dompet. Yon langsung memeriksa isi dompet itu, dan Yon yakin bahwa itu adalah dompet Jim yang hilang sewaktu ia pergi ke boskop. Yon menyuruh Ibunya untuk menyimpan dompet itu dengan baik-baik.
                 Akhirnya petualangan Jim berakhir di tangannya sendiri, sebutir peluru manembus otaknya, memang tidak seharusnya dilakukan tetapi memang begitulah sandiwara kehidupan.

Amanat yang bisa kita ambil dari novel ini adalah kita sesama teman sekelas harus saling tolong    menolong dengan sesama lain, agar masalah yang dialami teman kita bisa teratasi dengan mudah.



MERESENSI BUKU
Judul        : Tata Busana
Penulis     : Anwar Izmara dan Nina Martina
Penerbit   : Yrama Widya
Cetakan I : April 2011
Tebal        : 114 + vi halaman
CARA CEPAT BELAJAR MENJAHIT
                Buku ini ditulis untuk memberikan keterampilan praktis tentang panduan dan latihan untuk melakukan keterampilan di bidang menjahit dan tata busana pada siswa.
            Buku yang terdiri atas enam bab ini menguraikan tentang: (1) Dasar-dasar menjahit, (2) membuat pola, (3) pakaian seragam, (4) pakaian olahraga, (5) pakaian anak, serta (6) busana muslim. Melalui buku ini diharapkan memberi pelajaran Muatan Lokal di Sekolah khususnya SMA, agar para siswa mempunyai keahlian menjahit untuk bekal di masa depannya. Penulis menguraikan berbagai macam dasar-dasar menjahit. Adapun dasar-dasar menjahit (1) peralatan dan bahan-bahan menjahit yang digunakan, peralatan yang dimaksudkan yaitu mesin jahit, mesin obras, gunting, jarum, meteran, kapur jahit dll. (2) cara menjahit dengan tangan, (3) macam-macam sepatu mesin jahit, sesuai penggunaannya sepatu mesin jahit sangat bervariasi, sebagai contoh sepatu untuk menjahit resleting akan berbeda dengan sepatu untuk menjahit kain, (4) jenis-jenis jahitan dengan mesin. Selain dasar-dasar menjahit, di buku ini juga terdapat langkah-langkah cara pembuatan pakaian olahraga misalnya: cara-cara membuat kostum sepak bola yang terdapat pada halaman 51-52.
            Buku ini sangat diperlukan bagi siswa karena buku ini bertujuan untuk memotivasi dan memberdayakan para siswa agar mempunyai minat tersendiri, menambah wawasannya, dan menyalurkan hobinya di bidang keterampilan menjahit.
 Di samping itu, kehadiran buku keterampilan ini disusun sebagai upaya untuk mewujudkan program pemerintah dalam Pemberdayaan  Pelaksana Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) sehingga buku ini dapat digunakan oleh peserta didik, khususnya SMA/sederajat karena buku ini terintegrasi dengan kompetisi dasar SMA dan sesuai dengan tujuan awalnya yaitu untuk memotivasi dan memberdayakan para lulusan SMA/sederajat yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi agar mampu berkarya dan tidak hanya berorientasi untuk mencari pekerjaan saja
Keunggulan buku
Adalah menggunakan bahasa yang mudah di mengerti , kata dan kalimatnya pun  sangat jelas dan cara-cara menjahit sehingga memudahkan para pembaca memahaminya  dan sebagai tambahannya yaitu dibelakang buku ini terdapat profil sukses yang dapat memotivasi seseorang yang ingin menjadi sukses menjahit.
Kelemahan Buku 
Adalah cover yang ada di buku ini kurang menarik sehingga pembaca terkesan tidak bergairah untuk membacanya, padahal buku ini sudah sangat bagus hanya saja gambar yang ada cover buku itu.





Curiga
(Humam S. Chudori )

             Saya baru tiba, tatkala lelaki yang tinggal satu RT itu datang ke rumah. Dengan gaya jagoan, lelaki itu marah-marah. "Jangan sok ya Pak? Apa mentangmentang bapak seorang dosen? Istri bapak seorang wanita karier. Kalau istri saya cuma seorang ibu rumah tangga dan saya sendiri terpaksa menjadi seorang satpam," demikian mulutnya nyerocos, tak karuan. Tak jelas juntrungan-nya.
Saya diam. Ini ada masalah apa? Saya membatin. Kenapa tiba-tiba Suhono
bicara status pekerjaan.
"Jangan suka nyindir keluarga satpam, Pak," lanjutnya.
"Apa maksud Pak Suhono," kata saya. "Lagi pula siapa yang menyindir?"
"Tadi istri bapak mengatakan, 'biar jadi satpam segala'. Apa sih maunya?"

Saya diam. Pasti telah terjadi miss comunication, pikir saya. Tapi, saya berusaha untuk tidak meladeninya. Percuma, pikir saya. Lelaki yang tinggal satu RT dengan kami itu memang bawaannya selalu curiga. Mungkin karena profesinya sebagai satpam.
Benar. Sikap dan watak seseorang, diakui atau tidak, seringkali akan sangat dipengaruhi profesi yang digelutinya. Nah, karena menjadi seorang satpam (pekerjaannya menuntut agar selalu waspada, apalagi sejak bom meledak di mana-mana. Tuntutan kewaspadaan ini acapkali diterjemahkan mereka sebagai harus bersikap curiga kepada siapa pun), tak heran jika pembawaan Suhono selalu curiga. Bahkan terhadap tetangga sendiri. Segala sesuatu ditafsirkan secara picik. Pola pikir lelaki berhidung sempok itu selalu negative thinking.
"Kalau memang istri saya salah, maafkan dia. Nanti biar saya kasih tahu."
 "Mestinya bapak harus bisa mengajar istri."
Saya diam. Saya berusaha mencari kalimat yang tepat untuk disampaikan
kepada orang yang satu ini.
"Terima kasih atas peringatannya, Pak," kata saya setelah menemukan
kalimat yang pas untuk disampaikan kepadanya.
 "Orang hidup bertetangga memang perlu saling mengingatkan. Ya, kadang-kadang apa yang kita anggap tidak mengganggu orang lain namun kenyataannya, tanpa kita sadari yang
kita lakukan mengganggu orang lain. Ya, misalnya saja kita menyetel radio keras-keras. Benar. Radio itu milik sendiri. Disetel di rumah sendiri. Tapi, kalau suara radio itu terlalu keras bisa mengganggu tetangga."
"Kalau itu lain, Pak," Suhono memotong kalimat saya. Seketika itu pula
wajahnya berubah. Merah. Entah karena malu atau bertambah tersinggung.
"Lain bagaimana? Apa kalau ada tetangga sedang sakit gigi, kita tahu?
Kalau kita menyetel lagu keras-keras tidak mengganggu tetangga kita yang sedang sakit? Karena itu, kalau kita bilang menyetel lagu keras-keras." "Assalamualaikum," sebuah uluk salam menghentikan kalimat yang belum usai saya lontarkan. Karena saya buru-buru menjawab salam yang diucapkan Pak RT yang baru datang itu.
Ketika Pak RT masuk, suami Wulan itu langsung pulang. Entah kenapa. Yang pasti, seperti kata orang-orang, Suhono sebetulnya kurang pede. Untuk menutupi kekurangannya itu, ia selalu bicara dengan suara keras. Terkadang bernada kasar. Namun, jika ada yang meladeninya, lelaki itu tak dapat berbuat apa-apa. Hanya saja, memang, jarang sekali orang mau melayaninya. Ia juga kurang bergaul dengan tetangga sekitar. Jika ada pertemuan warga, misalnya, pun ia tidak mau datang.
* * *
Pernah terjadi, Sulinah - pembantu keluarga Aris - dimarahi habis-habisan oleh Suhono gara-gara menjemur pakaian di jalan, di depan rumah sendiri yang berhadap-hadapan dengan rumah Suhono. Kebetulan rumah mereka berada di pojok jalan. Artinya, jika jemuran mereka dijemur di jalan tidak akan mengganggu kendaraan yang berlalu lalang. Karena depan rumah mereka tidak mungkin dilewati oleh kendaraan.
"Mengganggu pemandangan," demikian Suhono sering memarahi
pembantu Aris.
Mungkin karena sering dimarahi tetangga, Sulinah akhirnya tak betah. Aris pun berganti pembantu. Namun, pembantu berikutnya juga mengalami hal yang sama. Setelah tiga kali berganti pembantu dan selalu mengalami perlakuan yang sama, Aris sengaja menjemur sendiri cucian mereka kendati saat itu di rumahnya ada pembantu. Ia berbuat demikian dengan maksud ingin tahu apakah Suhono berani menegur dirinya. Sebab, kalau ia menegur, Aris akan mempersoalkan tetangganya itu yang sering membuat sang pembantu tidak betah. Kenyataannya, lelaki bertubuh tambun itu tak berani menegur Aris. Cerita ini saya dengar sendiri dari Aris.
"Orang seperti Suhono jangan dikasih hati, Pak,
" lanjut Aris usai menuturkan penyebab pembantunya tidak ada yang betah.
Saya diam.
"Mungkin adu fisik, kita bisa kalah. Tetapi, apa tidak ada hukum. Memangnya orang bisa seenaknya berbuat sekehendak hati? Tanpa ada hukum? Saya memang sengaja menjemur pakaian di depan rumah sendiri."
"Apa alasannya pembantu Pak Aris tak boleh menjemur di situ?" Tanya saya ingin tahu.
"Dia bilang itu tanahnya. Nah, tanah dari mana? Orang itu tanah umum. Jalan umum. Hanya kebetulan saja rumahnya terletak di pojok. Lalu jalan umum diaku sebagai tanahnya. Dasar kampungan," tambah Aris. "Coba kalau dia berani ngomong begitu sama saya. Memangnya saya tidak keberatan kalau dia mencuci motor di depan rumah. Lha airnya ke mana-mana. Jalanan jadi basah. Bahkan di depan rumah jadi tergenang air. Jika dia berani menegur saya, akan saya tuntut balik. Karena dia telah membuat pembantu saya tidak ada yang betah."

Sejak Aris menjemur sendiri cucian di jalan depan rumahnya, Suhono memang tidak berani menegur. Agaknya ia harus berpikir panjang jika harus menegur Aris. Setelah beberapa kali Aris menjemur dan tak ada masalah, ia menyuruh sang pembantu - entah pembantu yang ke berapa - untuk menjemur pakaian seperti yang dilakukan sang majikan.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar