-moz-border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-top: 2px solid #FF6699; border-bottom: 2px dotted #FF6699; border-right: 10px solid #FF6699; border-left: 10px solid #FF6699; background: $(main.background); HAKIKAT MORAL SERTA CIRI-CIRI PERKEMBANGAN MORAL ANAK SD ~ Siti Miftahul Jannah Sitii Miftahul Jannah

Rabu, 22 Februari 2017

HAKIKAT MORAL SERTA CIRI-CIRI PERKEMBANGAN MORAL ANAK SD



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN HAKIKAT MORAL SERTA CIRI-CIRI PERKEMBANGAN MORAL ANAK SD


 








OLEH:
KELOMPOK 5


KADEK AGUS WIRADANA                    1611031055/IA
IKOMANG WIDIANA                               1611031038/IA
SITI MIFTAHUL JANNAH                       1611031029/IA






JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016
 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan, terutama lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sosio-psikologis. Manusia sebagai makhluk sosial, sudah senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Interaksi seseorang dengan manusia lainnya diawali sejak saat bayi lahir, dengan cara yang amat sederhana. Sepanjang kehidupannya pola aktivitas sosial anak mulai terbentuk. Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa :yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi,Mubin, 2006 : 21-22).
Setiap individu mengalami perkembangan pada semua aspek dalam dirinya secara terus menurus dan tidak pernah berhenti. Untuk memahami perkembangan anak, salah satunya perlu ditinjau dari perkembangan moral anak tersebut. Moral merupakan adat-istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Individu dalam kehidupannya pasti mengalami perkembangan moral. Anak dalam hidupnya akan bertemu dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Norma-norma inilah yang biasanya dikaitkan dengan moral, jadi moral adalah penilaian tentang perilaku seseorang dalam kehidupan baik buruknya sikap seseorang dan penilaian berdasarkan pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa saja Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Sosial?
1.2.2        Apa Hakekat Moral dan Ciri-ciri Moral Perkembangan Anak ?
1.3  Tujuan
1.3.1       Untuk Menetahui Faktor-faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Sosial.
1.3.2       Untuk Mengetahui Hakekat Moral dan Ciri-ciri Moral Perkembangan.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial merupakan proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
            Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keluarga, tingkat kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.

a.       Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian akan lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan berbagai norma dalam menenmpatkan diri terhadap lingkungan yang lebih baik luas ditetapkan oleh keluarga.

b.      Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

c.       Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anaka yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalm pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
            Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan hal itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain dari mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

d.      Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

e.       Kapasitas Mental: Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi, seperti telah diuraikan di bab pertama, berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahsa baik, dan pengendalian emosisional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi. Pada kasus tertentu, seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.

2.2 Hakikat Moral dan Ciri-ciri Moral Perkembangan Anak SD
Istilah moral berasal dari kata Latin Mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam kehidupannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik dan buruk yang ditentukan bagi individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan. Perubahan pokok dalam moralitas selama masa remaja terdiri dari mengganti konsep-konsep moral khusus dengan konsep-konsep moral tentang benar dan salah yang bersifat umum, membangun kode moral berdasarkan pada prinsip-prinsip moral individual, dan mengendalikan perilaku melalui perkembangan hati nurani.
Perilaku moral dikendalikan oleh konsep moral, yakni aturan-aturan dalam bertingkah laku, dimana anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakatnya, sedangkan perilaku immoral adalah perilaku yang gagal menyesuaikan pada harapan sosial. Perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial. Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya. Perilaku ini cenderung terlihat pada kanak-kanak. Ketika masih kanak-kanak, anak tidak diharapkan untuk mengenal seluruh tata krama dari uatu kelompok. Begitu anak memasuki usia remaja dan menjadi anggota suatu kelompok, anak dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan kelompoknya. Tingkah laku yang sesuai dengan aturan tidak hanya sesuai dengan dasar-dasar yang ditetapkan secara sosial tetapi juga perlu diikuti secara suka rela. Hal ini terjadi padan terjadi pada otoritas eksternal maupun internal. Dalam perkembangan moral kelak anak-anak  harus belajar mana yang benar dan mana yang salah. Kemudian, begitu anak bertambah besar ia harus tahu alasan mengapa mengapa sesuatu dianggap benar sementara yang lain tidak. Dengan demikian, anak perlu dilibatkan dalam aktivitas kelompok, tetapi yang terpenting tetap perlu mengembangkan harapan melakukan mana yang baik dan mana yang buruk.
Menurut Piaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anakmulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaranmoral. Jadi, menurut piaget relativitasme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang lebih sadar bahwa dalam bebarapa situasi, berbohong dibenarkan. Dan oleh karena itu, berbohong tidak selalu buruk. Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua dari perkembangan moral moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat moralitas  konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini oleh Kohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik. Dalam tahap kedua, kohlberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagisemua anggota kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan. Jean Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki karakter sendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yangsudah ada dalam pikiran) dan proses akomodasi (proses memanfaatkankonsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lamadan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun melaui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangatdipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia sekolah dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
1.       Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspeksituasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
2.      Mulai berpikir secara operasional
3.      Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda. 
4.      Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
5.      Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1.      Konkrit
.           Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya yaitu keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannyalebih dapat dipertanggungjawabkan.
2.      Integratif 
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatuyang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikiranak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3.       Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.

Ciri-ciri Moral Perkembangan Anak SD
Ciri-ciri Anak Masa Kelas Rendah:
a) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b) Suka memuji diri sendiri
c) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau
    pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.
d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan    
    dirinya.
e) Suka meremehkan orang lain.
Ciri-ciri Khas Anak  Masa Kelas Tinggi:
a) Perhatiannyatertujukepadakehidupanpraktissehari-hari
b) Ingintahu, inginbelajardanrealistis
c) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya
    di sekolah
e) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain
    bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

















BAB III
PENUTUP

3.1   Simpulan
Perkembangan Sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial merupakan proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas.
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keluarga, tingkat kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi. Istilah moral berasal dari kata Latin Mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar. Menurut Piaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral.

3.2   Saran
Saat ini banyak bahaya dalam proses menuju perkembangan sosial yang umumnya dapat dikendalikan jika diketahui pada saat yang tepat dan jika dilakukan langkah perbaikan untuk menguranginya sebelum menjadi kebiasaan dan menimbulkan reputasi yang kurang baik. Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak merasa lebih nyaman dan tidak takut untuk menceritakan konflik-konflik yang terjadi selama masa perkembangannya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar