Oleh:
Sitii Miftahul Jannah
*part 1
Nabella
adalah namaku, Dinda dan Finna adalah temanku, kami adalah 3 sekawan yang
selalu bersama-sama setiap saat.. Belajar bersama, makan di kantin bersama dan
bercanda tawa pun bersama-sama sehingga kami tidak bisa terpisahkan oleh apapun.
Di
pagi hari yang cerah dengan suasana yang sejuk nan indah ditambah dengan
kicauan burung yang sangat merdu membuat suasana pagi ini terasa sangat
mempesona. Bel berbunyi tanda untuk masuk kelas, sebelum bella memasuki
kelasnya ia melihat Dinda sedang kesakitan dengan nada yang sedikit lemah duduk
diatas kursi dan menutupi mulutnya dengan jilbab yang dia pakai. “apakah kau
sakit Dinda atau ada yang mengganggumu di kelas ini”, bella bertanya karena berpikir
dia kesakitan atau ada yang mengganggunya. “aku tak apa-apa” jawabnya dengan
nada lemas. “tapi wajahmu sudah sangat pucat”, apakah kau tak mau istirahat di
UKS, tanyaku kembali.
Dengan
gayanya yang super gawat bella pun memasuki kantor dan meminta kunci UKS.
“permisi pak, saya mau mengambil kunci UKS, teman saya ada yang sakit pak”,
pintaku dengan sopan. “oh iya, kunci UKS ada dilemari disebelah ruang kepala
sekolah dan ada pitanya yang berwarna merah-putih”, jawab pak kepala TU yang
berbicara dengan bella tadi. Bella pun segera mencari pita yang dimaksud dan
akhirnya “a..a..haaa.. ini dia kunci dengan pita merah-putih sudah ditemukan.
Dengan gesitnya seperti petir yang menyambar bella pun membuka pintu ruang UKS,
finna dan dua teman yang lainnya membawa Finna ke ruang UKS. Karena sudah tak
tahan lagi bella pun membaringka Finna di atas tempat tidur, bella melepas
sepatunya dan melonggarkan dasi Finna
sembari memberikan minyak angin agar dia merasa lebih baik dan juga
membiarkannya istirahat sendirian di ruang UKS selama jam pelajaran.
------------------------ Keesokan harinya
-----------------------
*part 2
#Di
depan Gerbang sekolah
Bella………..
Tiba-tiba ada seseorang yang berteriak
padanya dari belakang. “oh ternyata itu Finna yang sudah ada di
belakangku”,
Bella
dan Dinda melihat Finna sedang berdiri sendirian disamping musholla sembari
melihat ikan-ikan yang berada di kolam tepat ia berdiri di sebelah kanannya
dengan wajah yang sudah di bilang sehat karena tidak terlihat seperti orang
yang lagi sakit saat kejadian kemarin di kelas itu dan bella pun mendekatinya.
“Finna kita besok kepantai yuk, besok kan hari Jum’at” ajak bella dengan
senangnya. Finna hanya diam dan tak berkata apapun padanya bahkan ia
mengacuhkan apa yang bella katakan lalu finna pergi ke kelas sendirian. “tak
seperti biasanya ia begitu” batinknya dalam hati. Bella merasa heran dan
bertanya pada pada Dinda.
“ada apa dengannya, kenapa dia seperti
itu,,?”
“aku juga tak tahu..yang aku tahu
kemarin dia kesakitan lalu pulang
sekolah dia dijemput oleh seorang pria yang bukan ayahnya…sepertinya
begitulah” Dinda mendera
Aku
curiga dengan sikap Dinda yang sepertinya menyembunyikan sesuatu. Setelah
pulang sekolah Aku pun mengikuti Finna sendirian agar aku tahu apa yang terjadi, di depan toko Jeva Mart
yang berjarak 20 meter dari gerbang sekolah Bella melihat Finna di jemput oleh
seorang pria berjaket hitam, memakai sepatu dan kira-kira orang itu berumur
diatas 20 tahunan.
Aku pun bergegas mengikuti Finna
dengan motor yang ia bawa. Setelah 10 Bella mengikutinya, Finna dan orang yang
berjaket hitam itu akhirnya berhenti di depan apotek.
“untuk apa mereka pergi ke
apotek…apakah Finna sedang sakit atau dia mempunyai penyakit parah !!aahhh…
sepertinya tidak, batinku dalam hati.
*Aku
bingung dengan keadaan Finna yang sudah sangat berubah bahkan gerak-geriknya
pun mencurigakan.
1:
Apa yang menyebabkan Finna sakit seperti kemarin itu?
2:
Mengapa gerak-geriknya mencurigakan?
3:
Untuk apa dia pergi dengan seorang pria yang menjemputnya tadi?
4:
Kenapa dia pergi ke apotik
5:
Apakah dia mempunyai penyakit yang membuatnya seperti itu?
Aahhhh….
Sudahlah. Semua pertanyaan itu membuatku bingung dan ingin sekali aku mencari
tahu hal itu.
#Di
depan Rumah Finna
Finna berjalan sendirian dengan
membawa kantong plastik berwarna hitam di sebelah kirinya dan sepertinya itu
yang dia beli dengan orang yang berjaket hitam di apotik tadi……
“Finna, kenapa kau baru pulang”
tanyaku
“Sepulang sekolah tadi aku mampir ke
rumah Dinda sebentar” jawabnya dengan polos.
Aku
berfikir bahwa Finna memang menyembunyikan sesuatu dan bahkan dia berbohong
padaku tentang setelah pulang sekolah tadi.
“ohh iya, aku mau meminjam buku fisika
catatanmu, aku tadi tidak mencatat apapun tentang fisika, boleh kan??. Lalu
dikeluarkannya buku fisika itu dari tasnya. Terima kasih Finn…….aku pulang dulu
yaa !!
------------------------------Keesokan
Harinya-----------------------------
*part 3
Setelah
pulang sekolah Aku, Finna, dan Dinda mampir ke toko Morin yang berada di depan
sekolah untuk membeli kertas dan alat-alat yang lainnya sebagai bahan untuk
membuat madding. Tiba-tiba datang seorang pria yang berjaket hitam, celana
jeans dan orang itu adalah pria yang bersama dengan Finna di apotik kemarin
itu, Dia menatap wajah Finna dengan penuh harap.
“Finna….. apakah kamu ada waktu
untukku” pria itu berkata pada Finna.
“Aku
ma……” Finna menjawab dengan mendesah. Lalu aku memotong pembicaraan mereka
dengan cepatnya.
“Finna, ayo cepat kita selesaikan bahan
ini untuk membuat mading ini” ajakku sambil menarik tangannya dengan cepat.
Seketika
aku meng-gas motorku dengan cepatnya agar Finna tak berlama-lama berbicara
dengan pria yang berumur 20 tahunan itu.
#Di
Rumah Finna
Setelah sampai, aku, Finna dan Dinda
segera menyelesaikan karya madding yang akan mereka buat untuk persiapan lomba
madding sekolah.
“Bella”
Aku ingin bercerita denganmu boleh
tidak?
“tentu” jawabku
“Pria yang kau lihat tadi di morin itu
adalah pacarku” jelasnya
“Dia adalah pacarku yang sangat aku
sayangi, dia sangat memperhatikanku, sangat menyayangiku dan aku tak ingin
berpisah dengannya, maka dari itu aku bingung !! aku ingin agar ibuku
menyetujuiku berpacaran dengannya”
Aku
pun terdiam dan terpaku tanpa berbicara sedikitpun agar ia melanjutkan
ceritanya.
“Aku sering bertemu dengannya, bahkan
tanpa sadar aku pernah melakukan hal diluar kendaliku” terangnya dengan sangat
detail.
“Finna !! sejak kapan kau berhubungan
dengannya dan bagaimana kalau ibumu tahu tentang hal ini finn?
“sudah 2 bulan yang aku berpacaran
dengannya, itulah yang menjadi pertanyaanku selama ini, apakah ibuku akan
menyetujuiku berpacaran dengannya, aduuhhh… aku bingung” !! -_-
Hanya
aku dan Finna yang tahu percakapan ini sedangkan Dinda sedang membeli makan
ringan.
------------------------------------Keesokan
Harinya------------------------------------
*part 4
Saat
berada di sekolah aku sama sekali tidak melihat Finna bahkan batang hidungnya
pun tak terlihat. Sepulang sekolah aku pergi kerumah Finna.
“permisi !! bibi apakah Finna ada di
rumah” tanyaku dengan lembut.
“Bella belum tahu. Finna sekarang
berada di rumah sakit” terangnya
“apakah itu benar bi’, kemarin saya
bertemu Finna tapi dia masih baik-baik saja. Sejak kapan dan dirumah sakit mana
bi’ dia sekarang?
“Kemarin nonFinna memang baik-baik
saja, tapi tadi malam sekitar jam 10.00 tiba-tiba dia merasa kesakitan dan bibi
tidak tahu karna apa dia sakit? Jelasnya
Mendengar
kabar itupun Bella langsung pergi RS yang dimaksud.
#Receptionist#
“permisi
mbak, apakah disini ada pasien yang bernama Finna Berlyana” tanyaku
“Finna Berlyana berada di kamar 237
lantai 4”jawabnya
“237 ! 237 ! 237 ! hanya itu saja yang ada dalam pikiranku
sembari mencari kamar yang dimaksud”
Setelah aku buka pintu geser kamar
pasien, ternyata di dalam sudah ada Dinda yang menemani Finna
“Bella” Finna memanggilku.
“Iya, ada apa?” jawabku
“aku ingin memberitahu sesuatu padamu”
“tentang
apa Finn”tanyaku kembali
“apakah kau tahu bahwa aku berada
disini karena apa? Karena aku menderita penyakit yang tak bisa diobati”
terangnya
“mak..sud..mu HIV !! benarkah itu?
“iya, aku menderita penyakit HIV dan
setelah ini aku akan dikarantina” jelasnya dengan pelan.
Mendengar
hal itu aku tak percaya bahwa Finna mengidap penyakit HIV.
“Bukankah jika dikarantina itu
merupakan bentuk peralihan antara hidup dan mati, apakah itu benar finn?
“aku juga tak tahu pasti” jawabnya
dengan lemas.
Dinda
yang mendengar cerita dari Finna pun ikut merasa sedih.
“Bella, Finna, dan Dinda pun menangis
tanpa henti-hentinya tanpa tersadar mereka berdua tertidur lelap.
#Pagi
Harinya
Bella
terbangun karena mendengar kalbulator yang berada di sampingnya berbunyi..
“Finn..
Finna apakah kau baik-baik saja?
“Dinda.. bangun din,,,Finn.. finna
kenapa !
Dengan
cepatnya aku memanggil Dokter dan suster yang berada di luar agar memeriksa
keadaan Finna.
“nyawa teman kalian sudah tidak bisa
tertolong lagi…”
Mendengar
hal itu aku dan Dinda pun merasa kehilangan teman kami yang sangat baik.
Satu
bulan kemudian……………
Dari
kepergian Finna itu aku baru menyadari ternyata yang namanya sahabat itu tidak
bisa dipisahkan walau apapun yang terjadi. Meski
Finna kini sudah tidak ada namun kebersamaanku bersama Finna dan Dinda masih
bisa dirasakan walau pun kami tak bersama lagi. Bahkan Gelang tanda sahabat pun
masih aku gunakan sampai saat ini, dan
di bawah pohon mangga ini aku ingin menyanyikan satu lagu kesukaan kami bertiga
yaitu “WISH YOU WERE HERE”