-moz-border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-top: 2px solid #FF6699; border-bottom: 2px dotted #FF6699; border-right: 10px solid #FF6699; border-left: 10px solid #FF6699; background: $(main.background); PENDAHULUAN DAN PENYUSUNAN DATA KE DALAM TABEL STATISTIK ~ Siti Miftahul Jannah Sitii Miftahul Jannah

Minggu, 26 November 2017

PENDAHULUAN DAN PENYUSUNAN DATA KE DALAM TABEL STATISTIK



TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA DESKRIPTIF

MAKALAH BAB I DAN BAB II

PENDAHULUAN DAN PENYUSUNAN DATA KE DALAM TABEL STATISTIK





OLEH:


1.    SITI MIFTAHUL JANNAH                   NIM 1611031029
2.    PT. AGUS ADI SAPUTRA                   NIM 1611031261


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2017



A.    Pengertian Statistik
Secara etimologis kata statistik berasal dari kata status (bahasa Latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) atau kata staat (bahasa Belanda), dan yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Negara.(Sudijono, 2007:1). Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang lebih besar bagi suatu Negara. Namun, pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja, bahan keterangan yang tidak berwujud angka (data kualitatif) tidak lagi disebut statistik. Ditinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik itu dapat terkandung berbagai macam pengertian yaitu sebagai berikut.
1.  Statistik adalah pengumpulan data, disajikan dalam bentuk table/daftar, gambar, diagram atau ukuran-ukuran tertentu. Misalnya statistik penduduk, statistik kelahiran, statistik pertumbuhan ekonomi, statistik pendidikan, dan lain-lain. ( Koyan, 2009:1)
2.  Menurut Supranto (2000:11), Dalam arti sempit, statistik berarti data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif). Statistik penduduk, misalnya adalah data atau keterangan berbentuk angka ringkasan mengenai penduduk (jumlah, rata-rata umur, distribusinya, presentase yang buta huruf), statistik personalia (jumlahnya, rata-rata masa kerja, rata-rata jumlah anggota keluarga, presentase yang sarjana), dan sebagainya. Dalam arti luas, statistik berarti suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan/pengelompokkan, penyajian, dan anlisis data serta cara pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang tidak menyeluruh. Pengertian ini merujuk pada istilah statistik yang biasanya diterjemahkan dengan istilah statistika.
3.  Statistik artinya  kumpulan data dalam bentuk angka maupun bukan angka yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau diagram yang menggambarkan (berkaitan) dengan suatu masalah tertentu. Biasanya suatu data diikuti atau dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau keadaan tertentu. (Boediono & Koster 2001: 4)
4.  Menurut Sudjana (2005:3), kata statistik juga masih mengandung pengertian lain, yakni dipakai untuk menyatakan ukuran sebagai wakil dari kumpulan data mengenai sesuatu hal. Ukuran ini di dapat berdasarkan perhitungan menggunakan kumpulan sebagian data yang diambil dari keseluruhan tentang persoalan tersebut. Demikianlah umpamanya kita telah mengenal kata-kata persen dan rata-rata. Jika kita teliti 20 pegawai dan dicatat gajinya setiap bulan lalu dihitung rata-rata gajinya, misalnya Rp 87.500,00, maka rata-rata Rp 87.500,00 ini dinamakan statistik. Demikian pula, jika dari kedua puluh pegawai itu ada 407 yang gajinya tiap bulan kurang dari Rp 60.000,00 maka nilai 407 ini dinamakan statistik.

B.    Jenis-Jenis Statistik
Menurut Hasan (2012:5), Statistik dapat dibagi atas beberapa macam yang didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu, seperti cara pengolahan data, ruang lingkup penggunaan asas disiplin ilmu yang menggunakannya, dan bentuk parameternya.
1.  Pembagian statistik berdasarkan cara pengolahan datanya.
a)  Statistik Deskriptif.
Statistik deskriptif atau statistik deduktif adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan suatu fenomena.
Menurut Koyan (2009:4), Statistik Dasar atau Statistik Deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk generalisasi/inferensi. Penelitian yang tidak menggunakan sampel, analisisnya menggunakan statistik deskriptif. Demikian juga penelitian yang menggunakan sampel, tetapi tidak bermaksud untuk membuat kesimpulan untuk populasi dari mana sampel diambil, analisis datanya menggunakan statistik deskriptif. Dalam hal ini, teknik korelasi dan regresi juga dapat berperan sebagai statistik deskriptif.
Cara yang digunakan untuk menggambarkan data adalah dengan membuat tabel, distribusi frekuensi, dan diagram atau grafik.(Boediono & Koster, 2001:8).
Menurut Hasan (2012:5). Didasarkan atas ruang lingkup pembahasannya, statistik deskriptif mencakup hal berikut.
1)  Distribusi frekuensi beserta bagian-bagiannya yaitu sebagai berikut.
(a)     Grafik distribusi (histogram, poligon frekuensi, dan ogif)
(b)     Ukuran nilai pusat (rata-rata, median, modus, kuartil, dsb)
(c)     Ukuran dispersi (jangkauan, simpangan rata-rata, variasi, simpangan baku, dan sebagainya)
(d)     Kemencengan dan keruncingan kurva.
2)  Angka indeks.
3)  Time series/deret waktu atau data berkala.
4)  Korelasi dan regresi sederhana.
b)  Statistik Inferensial.
Menurut Koyan (2009:4), Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan/diinferensikan kepada populasi dimana sampel diambil. Statistik inferensial ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
1)  Statistik parametrik, yang digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
2)  Statistik Nonparametrik, yang digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal, yang diambil dari populasi yang bebas distribusi (tidak harus normal). Dalam hal ini, teknik korelasi dan regresi dapat berperan sebagai statistik inferensial. 
Menurut Hasan (2012:6), Statistik inferensial atau statistik induktif adalah bagian dari statistik yang mempelajari mengenai penafsiran dan penarikan kesimpulan yang berlaku secara umum dari data yang telah tersedia. Statistik inferensi berhubungan pendugaan populasi dan pengujian hipotesis dari suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata lain, statistik inferensi berfungsi meramalkan dan mengontrol keadaan atau kejadian. Didasarkan atas ruang lingkup bahasannya, maka statistik inferensi mencakup hal-hal sebagai berikut.
1)   Probabilitas atau teori kemungkinan
2)   Distribusi teoretis
3)   Sampling atau distribusi sampling
4)   Pendugaan populasi atau teori populasi
5)   Uji hipotesis
6)   Analisis korelasi dan uji signifikansi
7)   Analisis regresi untuk peramalan.
Menurut Boediono & Koster (2001:9) ada keterkaitan yang sangat erat antara statistik deskriptif dengan statistik inferensia, yaitu pada umumnya statistik deskriptif senantiasa mendahului/mengawali tahapan statistik inferensi, karena sebelum dilakukan penarikan kesimpulan mengenai suatu keadaan yang sedang diteliti, maka datanya harus diuraikan dulu dalam bentuk statistik deskriptif sehingga diperoleh kesimpulan yang akurat guna memperoleh manfaat secara maksimal.
2.  Pembagian statistik berdasarkan ruang lingkup penggunaannya.
a)  Statistik sosial.
Statistik sosial adalah statistik yang digunakan atau diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial.
b)  Statistik pendidikan.
Statistik pendidikan adalah statistik yang digunakan atau diterapkan dalam ilmu dan bidang pendidikan.
c)  Statistik ekonomi.
Statistik ekonomi adalah statistik yang digunakan atau diterapkan dalam ilmu-ilmu ekonomi.
d)  Statistik perusahaan.
Statistik perusahaan adalah statistik yang digunakan atau diterapkan dalam bidang perusahaan.
e)  Statistik pertanian.
Statistik pertanian adalah statistik yang digunakan atau diterapkan dalam ilmu-ilmu pertanian.
f)   Statistik kesehatan.
Statistik kesehatan adalah statistik yang digunakan atau diterapkan dalam bidang kesehatan.
3.  Pembagian statistik berdasarkan bentuk parameternya.
a)  Statistik parametrik.
Statistik parametik adalah bagian statistik yang parameter dari populasinya mengikuti suatu distribusi tertentu, seperti distribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
b)  Statistik nonparametrik.
Statistik nonparametrik adalah bagian statistik yang parameter dari populasinya tidak mengikuti suatu distribusi tertentu atau  memiliki distribusi yang bebas dari persyaratan dan variansnya tidak perlu homogen.

C.    Fungsi Statistik
Fungsi Statistik dalam dunia pendidikan terutama bagi para pendidik (pengajar,guru,dosen dan lain-lain) adalah sebagai alat bantu yang membantu mengubah data yang bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif sehingga pendidik dapat dengan lebih jelas dan tegas memperoleh gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik, setelah mereka menjalani proses pendidikan. (Sudijono, 2007:9).
Menurut Sugiyono (2005:12), Statistik juga memiliki peranann atau fungsi dalam sebuah penelitian. Adapun fungsi Statistik dalam penelitian yakni sebagai berikut.
1.    Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari suatu populasi. Dengan demikian, jumlah sampel yang ditemukan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2.    Alat untuk menguji validitas dan rehabiliditas instrumen. Sebeleum instrument digunkan untuk pnelitian, maka harus diuji validitas dan rehabiliditasnya terlebih dahulu.
3.    Tehnik-tehnik untuk menyajikan data sehingga data lebih komunikatif. Tehnik-tehnik penyajian data ini antara lain: tabel, grafuk, diagram, lingkaran, dan pictogram.
4.    Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Dalam hal ini statistik yang digambarkan antara lain: korelasi, regresi, t-test, anova dan lain-lain.
Menurut Awalludin dkk.(2010:7), fungsi Statistik secara umum adalah sebagai berikut.
1.    Bank data untuk menyediakan data yang dapat diolahdan diinterpretasikan agar dapat digunakan untuk menerangkan kedadaan yang perlu diketahui atau diungkap.
2.    Alat quality control untuk membantu standarisasi sekaligus sebagai alat pengawasan.
3.    Alat analisis, merupakan salah satu metode penganalisisan data.
4.    Pemecahan masalah dan pembuatan keputusan,sebagai dasar penetapan kebijakan dan langkah lebih lanjut untuk mempertahankan,mengembangkan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Menurut Koyan (2009:5-6) fungsi dari statistik dapat di jabarkan sebagai berikut.
1)  Statistik dasar atau statistik deskriptif, berfungsi untuk membuat data bermakna. yang dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti berikut ini:
a)  Tabel/daftar, gambar, diagram/grafik;
b)  Ukuran tendensi sentral (mean /rataan, median/nilai tengah, dan modus);
c)  Ukuran dispersi (penyebaran), rentangan, simpangan (deviasi), simpangan baku, dan varians.
2)   Statistik inferensial atau statistik induktif, digunakan untuk melakukan.
a)    Generalisasi dari sampel ke populasi,
b)   Uji hipotesis (membandingkan atau uji perbedaan/kesamaan, dan menghubungkan, yaitu uji keterkaitan, kontribusi).
3)  Untuk memprediksi, dengan teknik :
a)  Regresi linier (hubungan fungsional);
b)  Regresi kurvilinier, kuadratik, logaritmik hiperbolik;
c)  Korelasi, keterkaitan, hubungan timbal balik, yaitu derajat hubungan (koefisien korelasi) dan kadar sumbangan (koefisien determinasi).

D.    Ciri-Ciri Statistik
Menurut Sudijono (2007:5-7) pada dasarnya Statistik sebagai ilmu pengetahuan memiliki tiga ciri khusus, yaitu sebagai berikut.
1)  Statistik selalu bekerja dengan angka atau bilangan (dalam hal ini adalah data kuantitatif). Dengan kata lain, untuk dapat melaksanakan tugasnya statistik memerlukan bahan keterangan yang sifatnya kuantitatif. Sehubungan dengan itu, jika statistik dikehendaki untuk dipergunakan sebagai alat analisis bagi data kualitatif (bahan keterangan yang tidak berwujud angka atau bilangan), maka terlebih dahulu data kualitatif tersebut harus diubah atau dikonversikan menjadi data kuantitatif. Proses pengubahan data kualitatif menjadi data kuantitatif itu dikenal dengan istilah proses kuantifikasi. Contoh: pandai, cukup dan kurang  merupakan bahan keterangan yang bersifat kualitatif mengenai prestasi belajar siswa. Untuk dapat dianalisis secara statistik, data kualitatif tersebut harus dikonversikan menjadi data kuantitatif, misalnya yang disebut siswa pandai adalah mereka yang memperoleh nilai 80-100, cukup = 60-79; kurang = 30-50; gagal = 0-29. Atau siswa yang pandai = 5 orang; cukup = 30 orang; kurang = 3 orang, dan seterusnya.
2)  Statistik bersifat objektif. Ini mengandung pengertian bahwa statistik bekerja menurut objeknya, atau bekerja menurut apa adanya. Kesimpulan dan ramalan yang dikemukakan oleh statistik sebagai ilmu pengetahuan semata-mata didasarkan data angka yang dihadapi dan diolah, dan bukan didasarkan pada subjektivitas atau pengaruh luar lainnya. Itulah sebabnya mengapa statistik sering dikatakan sebagai alat penilai kenyataan.
3)  Statistik bersifat universal. Ini mengandung pengertian bahwa ruang lingkup atau ruang gerak dan bidang garapan statistik tidaklah sempit. Statistik dapat digunakan dalam hampir semua cabang kegiatan hidup manusia.

E.     Statistika
Menurut Sudjana (2005:3-4), Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Ada dua jalan yang dapat ditempuh dalam mempelajari statistika. Jika ingin membahas statistika secara mendasar, mendalam dan teoritis, maka yang dipelajari digolongkan kedalam statistika matematis  atau Statistika teoritis.
Statistika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan metode, teknik, atau cara untuk mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan atau menginterpretasikan data. (Boediono & Koster, 2001:5). Statistika juga dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memperlajari pengumpulan, pengaturan, perhitungan, penggambaran dan penganalisisan data, serta penarikan kesimpulan yang valid berdasarkan penganalisisan yang dilakukan dengan pembuatan keputusan yang rasional. (Herrhyanto, 1992:3). Dengan singkat dapat didefinisikan bahwa statistika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan statistik atau statistika adalah ilmu yang mempelajari tentang statistik. Dengan demikian pengertian statistika jauh lebih luas daripada statistik.
Pengetahuan dan penerapan statistika banyak dipakai dalam metodologi penelitian karena penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data, menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari sekumpulan data yang kemudian ditulis secara lengkap dan berurutan dalam bentuk laporan penelitian. Semua kegiatan penelitian yang sifatnya bertahap tersebut harus dilakukan dengan cara ilmiah dengan memakai pengetahuan statistika sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah kepada semua pihak.
Jadi, statistik semata-mata hanya merupakan data, yaitu kumpulan angka-angka yang belum mempunyai makna atau arti apa-apa; sedangkan statistika merupakan suatu teknik, cara, atau metode bagaimana agar suatu data yang semula belum mempunyai makna menjadi sesuatu data yang mempunyai makna atau arti sehingga memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan, seperti bagi pimpinan untuk mengambil keputusan.

F.     Data
Menurut Supangat (2007: 2) data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa, angka, data, angka-angka atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memperoleh data, diantaranya data yang diperoleh secara langsung (primer), data  yang diperoleh secara tidak langsung (sekunder). Koleksi data adalah merupakan tahapan yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung dengan baik. Di dalam suatu proses penelitian, ketepatan dalam menentukan data yang dicari adalah merupakan suatu keharusan yang mutlak diperlukan, dengan demikian tujuan penelitian akan dapat terpenuhi dengan baik. Menurut Koster (2009:5) data dalam penelitian dapat digolongkan sebagai berikut ini.
1)  Data mentah, data yang belum diolah atau dianalisis.
2)  Data primer dan data sekunder.
3)  Data kuantitatif (dapat dinyatakan dalam bilangan), terdiri atas:
a.  Data kontinum, data interval, data rasio.
b.  Data diskrit: data nominal, data ordinal, data dikotomi.
4)  Data kualitatif adalah data yang dikategorikan menurut lukisan kualitas objek yang dipelajari. Golongan ini dikenal juga dengan nama atribut. Misalnya: sembuh, rusak, gagal, berhasil, dan sebagainya.
5)  Data Intern dan data ekstern.
Satu hal yang harus diperhatikan, bagaimanapun dan dari manapun diperolehnya, dapatkanlah data yang sahih dan kebenarannya dapat diandalkan.



G.    Populasi dan Sampel
Kesimpulan yang dibuat mengenai sesuatu hal umumny diharapkan berlaku untuk hal itu secara keseluruhan dan bukan hanya untuk sebagian saja. Jika dikatakan 20% mahasiswa di Indonesia berasal dari keluarga berpenghasilan rendah, maka pernyataan ini berlaku umum untuk seluruh mahasiswa di Indonesia ditinjau dari segi ekonomi keluarganya dan bukan hanya untuk sekelompok mahasiswa saja. Untuk sampai kepada pernyataan demikian, diperlukan data mentah yang bisa dikumpulkan dengan dua jalan yaitu sebagai berikut.
1.  Semua orang tua mahasiswa beserta karakteristiknya yang diperlukan (dalam hal ini keadaan ekonomi keluarga), diteliti atau disajikan objek penelitian.
2.  Sebagian saja dari semua orang tua mahasiswa yang dikenai penelitian.
S (Populasi)            Sampel


µ, σ, P
 
Dalam hal pertama, sensus telah dilakukan sedangkan dalam hal kedua, penelitian telah dilakukan secara sampling. Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Adapun bagian yang diambil dari populasi disebut sampel. (Sudjana, 2005:5-6).


Oval:   s, p
 





Gambar Keterkaitan antara Populasi dengan Sampel
Jika dikaitkan dengan teori himpunan, maka populasi merupakan himpunan semesta, sedangkan sampel merupakan himbunan bagian. Jika digambarkan akan tampak seperti gambar diatas. Menurut Boediono & Koster (2001:9).  Populasi menggambarkan sesuatu yang sifatnya ideal atau teoritis, sedangkan sampel menggambarkan sesuatu yang sifatnya nyata atau empiris. Karakteristik dilambangkan dengan µ, standar deviasi dilambangkan dengan σ, Proporsi dilambangkan dengan P, dan koefesien korelasi dilambangkan dengan ρ. Sedangkan karakteristik yang dhitung dari sampel disebut statistik, misalnya nilai rata-rata yang dilambangkan dengan  , standar deviasi dilambangkan dengan s, proporsi dilambangkan dengan p dan koefesien korelasi dilambangkan dengan r.
Menurut Sugiyono (2006:55) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kauntitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannnya.
1.  Populasi
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakteristik yang berlainan. Misalnya seluruh karyawan perusahaan merupakan suatu populasi. Disini elemen merupakan orang, yaitu karyawan perusahaan. Walaupun jenisnya sama, namun karakteristiknya secara keseluruhan akan berlainan, misalnya umur; pendidikan; masa kerja; jumlah anak; gaji pokok; dsb.
Menurut Supangat (2007:3) macam populasi antara lain adalah populasi terhingga dan tak terhingga. Adapun yang dimaksud dengan populasi terhingga adalah sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan kajian penelitian yang jumlahnya tertentu, seperti populasi dari mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas “X”, yaitu semua orang yang tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas “X” tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan populasi tak terhingga adalah sekumpulan objek yang akan di teliti berjumlah tidak terhingga banyaknya, seperti populasi dari jumlah amuba dalam sebuah parit (populasi tak terhingga), orang-orang yang berbelanja pada sebuah supermarket “A”, pelanggan yang suka bepergian dengan menggunakan jasa kereta api, dll.
2.  Sampel
Menurut Supangat (2007:4)adapun yang dimaksud dengan sampel, yaitu bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap populasinya. Adapun cara pengambilan sampel, antara lain sebagai berikut :
3.  Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menetukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik sampling ditunjukan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tehnik Sampling         







Folded Corner: 1. Simple random sampling
2. Proportionate stratified random sampling
3. Dispropotionate stratified random sampling
4. Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)
Folded Corner: 1. Sampling sistematis
2. Sampling kuota
3. Sampling aksidental
4. Purposive sampling
5. Sampling jenuh
6. Snowball sampling
 








Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a)  Probability sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
1)  Simple Random Sampling
Dikatakan simple karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat digambarkan sebagai berikut.






Flowchart: Connector: Sampel yang representatif

Flowchart: Connector: Populasi Homogen
 
                                             Diambil secara random
                                                                    

2)  Propotionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMEA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel dan teknik pengambilan sampel diberikan setelah bab ini. Teknik proportionate stratified random sampling dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Large confettiLight downward diagonalGambar 2. Teknik Proportionate Stratified Random


Light downward diagonal,Large confetti,5%,75%,Diagonal brick,5%,75%,Diagonal brick
 








3)  Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3, dan 4 orang lulusan S2 itu diambil sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
4)  Area Sampling
Teknik sampling daerah yang digunakan untuk menentukan ampel bila objek yang akan diteliti sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang akan ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya pelu menggunakan stratified random sampling.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat digambarakan seperti gambar berikut.



 





b)  Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
1)  Sampling sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 5, 10, 15, 20 dst samapai 100.
2)  Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
3)  Sampling Insidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4)  Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
5)  Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan  sampel bila semua anggota populasi didunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adala sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6)  Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar.

H.    Penggolongan Data Statistik
Sebagai kumpulan keterangan yang berbentuk angka (bilangan), data statistik dapat dibedakan dalam beberapa golongan, tergantung dari sudut pandang pembedaan itu dilakukan.
1.   Menurut cara memperolehnya, data dapat dibagi menjadi:
a)  Data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri. Misalnya hasil wawancara dengan responden, hasil perhitungan suara dari masyarakat yang melaksanakan pemilihan kepala desa atau lainnya, data jumlah mahasiswa (pelajar) yang diperoleh dari lembaga pendidikan yang bersangkutan, data lalu lintas uang dari suatu bank yang diperoleh secara langsung dari bank tersebut dan lainnya.
b)  Data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk melakukan keperluan penelitian dari para pengguna. Badan yang biasanya mengumpulkan data tersebut antara lain BPS (Badan Pusat Statistik), misalnya data mengenai laju inflasi, perkembangan pembangunan suatu wilayah, Statistik Penduduk, Statistik Ekonomi, Statistik Pertanian, data tingkat kemajuan permbangunan suatu daerah yang diperoleh dari BAPPEDA setempat, dsb.
c)  Data tersier
Data tersier adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari pihak ketiga, baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan yang secara sengaja mengungkapkan fakta kepada pihak kedua untuk kemudian pihak kedua tersebut mengeksploitasi fakta tersebut pada media massa dan media lainnya, untuk kemudian data (fakta) tersebut digunakan kembali oleh si peneliti sebagai acuan dalam penulisannya. Misalnya analisis data perkembangan laju pertumbuhan ekonomi, yang dikutip dari sumber tertentu, dimana sumber tersebut memperoleh informasinya dari BPS atau badan lainnya, kutipan fakta yang diambil dari buku, sementara si penulis memperoleh informasi data tersebut dari responden atau suatu badan dengan cara tidak langsung.
2.   Menurut sifatnya, data dapat dibagi menjadi :
a)  Data kualitatif.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kategori atau atribut. Contohnya harga emas hari ini mengalami kenaikan, sebagian dari produksi barang “A” pada perusahaan “X” rusak.
b)  Data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan. Contohnya luas bangunan hotel itu adalah 5700 m2, tinggi badan Sandy mencapai 170 cm, banyak perguruan tinggi di kota “B” ada 4 buah. Data kuantitatif ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1)  Data diskrit.
Data diskrit adalah data yang diperoleh dengan cara menghitung atau membilang. Data diskrit adalah data yang satuannya merupakan bilangan bulat dan tidak berbentuk pecahan. Data diskrit dibedakan menjadi data nominal, data ordinal, dan data dikotomi. Contohnya banyak kursi yang ada di ruangan ini ada 75 buah, jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini mencapai 110 orang.
2)  Data kontinu.
Data kontinu adalah data yang diperoleh dengan cara mengukur. Data kontinu adalah data yang satuannya merupakan bilangan pecahan.  Contohnya panjang benda itu dalah 15 cm, jarak antara kota Bandung dengan kota Cirebon adalah 130 km.
3.    Berdasarkan waktu pengumpulannya.
Ditinjau dari segi waktu pengumpulannya, data statistik dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut.
a)  Data seketika.
Data seketika adalah data data yang dikumpulkan pada waktu tertentu yang dapat menggambarkan keadaan/karakteristik objek penelitian pada waktu penelitian itu dilakukan. Misalnya data mengenai penduduk Indonesia tahun 1990, data mengenai ekspor Indonesia tahun 1995, data mengenai PTN di Indonesia tahun 1994.
b)  Data berkala.
Data berkala adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yang dapat menggambarkan tentang perkembangan suatu kegiatan/kejadian. Misalnya data perkembangan omzet penjualan sebuah perusahaan selama 4 tahun terakhir, data mengenai pertumbuhan ekonomi suatu Negara 5 tahun terakhir.
4.    Berdasarkan sumbernya.
Ditinjau dari segi sumber data, bagi suatu lembaga atau badan, data statistik dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut.
a)  Data intern
Data intern adalah data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam suatu lembaga atau badan.
b)  Data ekstern
Data ekstern adalah data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan diluar suatu lembaga atau badan. Misalnya, data pendapatan per kapita masyarakat, data perkembangan harga-harga, data konsumsi masyarakat, data jumlah penduduk, merupakan data ekstern bagi suatu perusahaan. 
5.    Berdasarkan pengukurannya.
Ditinjau dari segi skala pengukurannya (cara menyusun angkanya), data statistik dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu sebagai berikut:
a)  Data nominal.
Data nominal adalah data statistik yang cara menyusun angkanya didasarkan atas beberapa kategori tanpa memperhatikan urutan tertentu. Contohnya antara lain: data mengenai jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1971, ditinjau dari jenis kelaminnya (laki dan perempuan).
Tabel.1 Penggolongan berdasarkan kelas dan jenis kelamin
Kelas
Jenis  Kelamin
Jumlah

Pria
Wanita

III
50
34
84
II
48
44
92
I
72
52
124
Jumlah
170
130
300

b)  Data ordinal.
Data ordinal adalah data statistik yang cara menyusun angkanya didasarkan atas beberapa kategori dengan memperhatikan urutan tertentu/kedudukan (rangking). Contohnya antara lain data mengenai ranking 1 sampai 5 dari 10 finalis lomba karya tulis ilmiah populer yang diselenggarakan oleh salah satu harian ibu kota.
c)  Data interval.
Data interval adalah data statistik yang angkanya disusun dengan jarak sama antara golongan/kategori yang satu dengan golongan/kategori yang lainnya yang lebih tinggi. Contohnya antara lain: data mengenai interval suhu antara kelompok orang-orang yang panas badannya 10o C dan 15o C akan sama dengan interval suhu antara kelompok orang-orang yang panas badannya 20o C dan 25oC.
d)  Data ratio.
Data ratio adalah data statistik yang angkanya diperoleh dengan membandingkan nilai variabel yang satu dengan nilai absolut variabel yang lainnya (variabel pembanding). Misalnya rata-rata berat A adalah 100 kg dan rata-rata berat barang B adalah 50 kg dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata berat barang A dua kali berat barang B.
II. PENYUSUNAN DATA KE DALAM TABEL STATISTIK
2.1 Tabel Permulaan
            Tabel permulaan merupakan tabel yang memuat kolom-kolom: nomor urut, nama subjek, skor (hasil tes) dan keterangan. Adapun contoh tabel permulaan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Data tentang Hasil Belajar Statistik pada 10. orang Mahasiswa
No Urut
Nama
Skor
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Agus
8
L
2
Wawan
7
L
3
Sinta
9
P
4
Budi
7
L
5
Sony
7
L
6
Tata
7
L
7
Irwan
9
L
8
Tika
10
P
9
Badrun
8
L
10
Gusti
10
L


2.2 Tabel yang Disederhanakan
Tabel sederhana adalah tabel yang hanya memuat skor-skor dari hasil tes atau hasil pengukuran. Adapun contoh dari tabel sederhana adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Data tentang Hasil Belajar Statistik pada 30 Orang Mahasiswa
10
5
9
7
5
8
8
6
9
8
7
8
7
7
8
9
6
7
6
7
8
6
6
7
5
6
7
6
7
6

Tabel 2.3 Contoh Tabel Sederhana Data Bergolong
40
38
24
36
34
27
38
26
25
37
32
26
37
27
29
37
33
26
30
35
33
36
28
29
20
35
31
35
28
29

2.3 Tabel Distribusi Frekuensi Observasi (Absolut)
Tabel distribusi frekuensi yang dibahas dalam sub Bab ini adalah: a) tabel distribusi frekuensi tunggal, b) tabel distribusi frekuensi bergolong, c) tabel distribusi frekuensi harapan, dan d) tabel distribusi frekuensi kumulatif.
Tabel distribusi frekuensi merupakan tabel yang memuat kolom-kolom skor (untuk data tunggal), kelas interval (untuk data bergolong), titik tengah kelas interval (untuk data bergolong), perhitungan frekuensi (jari/ tally mark), dan kolom frekuensi observasi (fo).
Untuk menyajikan data tersebut pada tabel di atas ke dalam tabel distribusi frekuensi, di sini mengacu pada teori dari sutrisno Hadi (1986).
Berdasarkan teori tersebut langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
a.    Menghitung rentangan (R) dengan rumus skor tertinggi dikurangi skor terendah ditambah satu. Rumus retanga (R) sebagai berikut.
R = ( Xt  - Xr ) + 1
Keterangan:
R = rentangan/jarak pengukuran dari skor terendah sampai dengan skor tertinggi
Xt  = skor tertinggi
Xr  = skor terendah
1 = bilangan konstanta
Asal-usul rumus Rentangan (R):
            Rentangan yang merupakan jarak pengukuran dari skor terendah sampai skor tertinggi, pada dasarnya berasal dari batas bawah skor terendah (skor terendah dikurangi 0,5) sampai dengan batas atas skor tertinggi (skor tertinggi ditambah 0,5). Dengan kata lain R merupakan jarak pengukuran dari batas bawah skor terendah (skor terendah dikurangi 0,5) sampai dengan batas atas skor tertinggi (skor tertinggi ditambah 0,5). Dengan logika demikian akan dapat dibuat formulaatau rumus sebagai berikut.
            R         = (Xt + 0,5) – (Xr  - 0,5) atau         
            R         = (Xt
Xr ) + 1
            Misalkan skor tertinggi Xt = 10 dan skor terendah Xr = 5. Dengan menggunakan kedua rumus di atas didapat harga R yang sama sebagai berikut
            R         = (10 + 0,5) – (5 – 0,5)       
                        = (10,5) – (4,5)         
                        = 6
atau
            R         = (10 – 5) + 1
                        = (5) + 1
                        = 6
Menghitung rentangan (R) Tabel 2.2  di atas
Diketahui: Xt = 10    
             Xr   = 5    
 R = (Xt – Xr ) + 1 
     = (10 – 5) + 1 
     = 6
Menghitung rentangan (R) Tabel 2.3 diatas.
Diketahui: Xt = 40
                 Xr  = 20
R = (Xt – Xr ) + 1
    =  (40 – 20) + 1
    = 21
Catatan:
1.    Jika suatu tabel data memiliki rentangan (R) lebih kecil atau sama dengan 15 (R < 15), maka sebaiknya data tersebut disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi tunggal.
2.    Jika suatu tabel data memiliki rentangan (R) lebih besar dari 15 (R > 15), maka sebaiknya data tersebut disusun ke dalam tabel distribusi Frekuensi bergolong.
Berdasarkan perhitungan rentangan di atas, dapat disimpulkan bahwa data yang ada pada Tabel 2.2 sebaiknya disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi tunggal. Sedangkan data yang ada pada Tabel 2.3 sebaiknya disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi bergolong.
Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal
Skor (X)
Jari-jari
Frekuensi
(1)
(2)
(3)
10
/
1
9
///
3
8
/////  /
6
7
//// ////
9
6
//// ///
8
5
///
3
Jumlah

N=30
Keterangan : N = banyaknya subjek/total frekuensinya.
            Dalam penyusunan tabel distribusi bergolong untuk data Tabel 2.3, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.
b. Menentukan lebar kelas interval dengan rumus sebagai berikut.
Interval maksimal (i-maks)
i-maks =     R
               ---------
                   7
Interval maksimal (i-min) :
i-min =    R
            --------
                15
      Dalam rumus R di atas, bilangan 7 dan 15 sebagai pembagi R menjadi petunjuk bahwa banyak kelas interval penggolongan yang akan didapatkan adalah minimal 7 kelas dan maksimal 15 kelas. Jadi dengan memakai teknik tersebut, maka akan ditemukan banyak kelas interval atau penggolongan data antara 7 dan 15.
      Berdasarkan rumus diatas daapt dipilih dan dipilih serta ditetapkan bilangan interval (sebaiknya dipilih bilangan ganji), yang terletak antara bilangan interval maksimal dan interval minimal sesuai hasil perhitungan. Bilangan-bilangan ganjil lebar kelas interval yang dapat dipilih antara lain : 3,5,7,9 dan seterusnya.
Cara lain menentukan banyak kelas interval dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
      k = 1 + 3.3 log n
Log (logaritma) dapat dicari dengan program kalkulator yang ada program logaritma (log). Sedangkan n adalah banyaknya data atau subjek penelitian. Selanjutnya, berdasarkan harga statisti k tersebut, dapat dihitung lebar kelas interval dengan rumus sebagai berikut.
a.    Harga statistik p adalah sama dengan interval kelas sebagaimana ditunjukkan pada hasil perhitungan interval maksimum (i-maks) dan interval minimum (i-min) di atas.
b.    Menyusun kelas interval dengan cara dimulai dari bilangan tertinggi pada skor tertinggi yang habis dibagi panjang kelas interval yang telah dipilih dan ditetapkan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, data dalam Tabel 2.3 di atas dapat dihitung sebagai berikut.
a.    Menentukan panjang kelas interval dengan rumus sebagai berikut.
Interval maksimum i-maks = R : 7 = 21 : 7 = 3
Interval minimal i-min = R/15 = 21 : 15 = 1,4
Bilangan-bilangan yang terletak di antara bilangan interval maksimal i-maks 3 dan bilangan i-min 1,4 adalah: 3. Dalam hal ini gunakan bilangan 3 sebagai lebar kelas interval. Berdasarkan pilihan lebar kelas interval tersebut dapat disusun table data bergolong dengan prosedur sebagai berikut.

CONTOH SOAL
Membuat Daftar Distribusi Frekuensi
Langkah-langkah
1)    Menentukan Range (R)
Yaitu data terbesar dikurangi dengan data terkecil.
R = Data terbesar-Data terkecil
2)       Menentukan banyak kelas yang akan dibuat (K).
K = 1 + 3,33 log N
Dimana:
K= banyak kelas yang akan dibuat
N= banyaknya data
3)      Menentukan panjang interval kelas (I)
I = R/K
Dimana :
I = Interval kelas
R = Range
K = Banyak kelas yang akan dibuat
4)     Menentukan ujung bawah/limit bawah kelas yang pertama. Ujung    bawah/limit bawah kelas yang pertama ditentukan dengan    cara mengambil data terkecil.
5)     Menentukan batas bawah dari batas kelas yang pertama.Batas bawah dari batas kelas yang pertama ditentukan dengan      cara mengurangi dengan angka 0,5 dari ujung bawah/limit bawah kelas yang pertama.
Catatan :
a)      Bila data dicatat dalam bilangan bulat maka batas bawah dari batas kelas yang pertama adalah ujung bawah/limit bawah dari kelas yang pertama dikurangi dengan angka 0,5
b)      Bila data dicatat satu angka dibelakang koma, maka batas bawah dari batas kelas yang pertama adalah ujung bawah/limit bawah dari kelas yang pertama dikurangi dengan angka 0,05
c)      Bila data dicatat dua angka dibelakang koma maka batas bawah dari batas kelas yang pertama adalah ujung bawah/limit bawah dari kelas yang pertama dikurangi dengan angka 0,005
6)       Menentukan batas atas dari batas kelas yang pertama.
Batas atas dari batas kelas yang pertama dapat ditentukan dengan mempergunakan rumus I = BaKlsI – BbKlsI
Dimana :
I = Interval kelas
BaKlsI = Batas atas kelas yang pertama
BbKlsI = Batas bawah kelas yang pertama
7)       Menentukan limit atas dari kelas yang pertama.
Limit atas dari kelas yang pertama ditentukan dengan cara mengurangi dengan angka 0,5 dari ujung bawah/limit bawah kelas yang pertama.
Catatan :
a)      Bila data dicatat dalam bilangan bulat maka batas atas dari kelas yang pertama adalah batas atas dari batas kelas yang pertama dikurangi dengan angka 0,5
b)      Bila data dicatat satu angka dibelakang koma, maka limit atas dari kelas yang pertama adalah batas atas dari batas kelas yang pertama dikurangi dengan angka 0,05
c)       Bila data dicatat dua angka dibelakang koma maka limit atas dari kelas yang pertama adalah batas atas dari batas kelas yang pertama dikurangi dengan angka 0,005
8)       Mendaftarkan/menentukan kelas/batas kelas yang lain.
Kelas-kelas yang lain ditentukan dengan cara menambahkan nilai interval pada limit bawah dan limit atas terhadap kelas yang sebelumnya atas yang diatasnya, demikian juga dalam menentukan batas kelas-batas kelas yang lain yaitu dengan jalan menambahkan interval pada batas bawah/batas atas dari batas kelas sebelumnya.
Contoh:
Bila data hasi survey tentang produktivitas padi sawah pada suatu desa adalah sebagai berikut:
15
5
11
7
9
15
10
11
6
9
15
10
8
6
13
5
10
8
7
13
5
12
8
9
14
Berkaitan dengan data diatas jawablah pertanyaan berikut:
a)      Susunlah data diatas kedalam daftar distribusi frekuensi,
b)     Susunlah data diatas kedalam daftar distribusi frekuensi relatif dan persentase,
c)      Susunlah data diatas kedalam daftar distribusi frekuensi komulatif untuk tanda kelas lebih kecil atau sama dengan (≥),
d)      Susunlah data diatas kedalam daftar distribusi frekuensi komulatif untuk tanda kelas lebih kecil atau sama dengan (≤),
e)      Hitunglah nilai tengah ( NT ) dari data diatas,
f)       Hitunglah median ( ME),
g)       Hitung modus (Mo)
Jawab:
a)       Daftar distribusi frekuensi
1)        Range = Data terbesar – Data terkecil
15 – 5 = 10
2)        K = 1 + 3,33 log N
= 1 + 3,33 log 25
= 5,662
= 5
3)        I = R/K
= 10/5
= 2
4)      Limit bawah kelas yang pertama
Karena data terkecil adalah 5 maka limit bawah kelas yang pertama adalah 5
5)       Batas bawah dari batas kelas yang pertama
Limit bawah dari kelas yang pertama dikurangi 0,5 = 4,5
6)       Batas atas dari batas kelas yang pertama
I = BaKls – BbKls
2 = BaKls – 4,5
BaKls = 6,5
7)       Limit atas dari kelas yang pertama
Batas atas dari batas kelas yang pertama dikurangi 0,5 = 6
Daftar distribusi frekuensi absolut
Kelas
Batas Kelas
Titik Tengah Kelas
Tally
Frekuensi
5 – 6
4.5 – 6,5
5,5

5
7 – 8
6,5 – 8,5
7,5

5
9 – 10
8,5 – 10,5
9,5

6
11 – 12
10,5 – 12,5
11,5

3
13 – 14
12,5 – 14,5
13,5

3
15 – 16
14,5 – 16,5
15,5

3
Total



25


Daftar distribusi frekuensi relatif
Kelas
Batas Kelas
Titik TengahKelas
Tally
Frekuensi relatif
5 – 6
4.5 – 6,5
5,5

5/25
7 – 8
6,5 – 8,5
7,5

5/25
9 – 10
8,5 – 10,5
9,5

6/25
11 – 12
10,5 – 12,5
11,5

3/25
13 – 14
12,5 – 14,5
13,5

3/25
15 – 16
14,5 – 16,5
15,5

3/25
Total



25/25
Daftar distribusi frekuensi persentae ( % )
Kelas
Batas Kelas
Titik TengahKelas
Tally
Frekuensi ( % )
5 – 6
4.5 – 6,5
5,5

20
7 – 8
6,5 – 8,5
7,5

20
9 – 10
8,5 – 10,5
9,5

24
11 – 12
10,5 – 12,5
11,5

12
13 – 14
12,5 – 14,5
13,5

12
15 – 16
14,5 – 16,5
15,5

12
Total



100
Daftar distribusi frekuensi komulatif lebih besar dari (≥)
Batas Kelas
Titik TengahKelas
Tally
Frekuensi
≥ 4.5
5,5

25
≥ 6,5
7,5

20
≥ 8,5
9,5

15
≥ 10,5
11,5

9
≥ 12,5
13,5

6
≥ 14,5
15,5

3
Total



Daftar distribusi frekuensi komulatif lebih kecil dari (≤)
Batas Kelas
Titik TengahKelas
Tally
Frekuensi
≥ 4.5
5,5

0
≥ 6,5
7,5

5
≥ 8,5
9,5

10
≥ 10,5
11,5

16
≥ 12,5
13,5

19
≥ 14,5
15,5

22
Total




b. Menyusun kelas interval dengan cara dimulai dari bilangan tertinggi pada skor tertinggi yang habis dibagi panjang kelas interval yang telah di[ilih dan ditetapkan. Skor tertinggi adalah 40, sedangkan bilangan tertinggi dalam skor tertinggi (40) yang habis dibagi 3 (lebar interval kelas) adalah 39. Dengan demikian, kelas interval teratas dimulai dari skor 39 dan naik ke atas sepanjang 3 bilangan sehingga kelas interval ditulis à 39-41. Selengkapnya table tergolong tersebut ditampilkan sebagai berikut.
                                    Table 2.5 Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong
Kelas interval
Titik tengah (X)
Jari-jari
fo
(1)
(2)
(3)
(4)
39-41
40
1
36-38
37
7
33-35
34
6
30-32
31
3
27-29
28
7
24-26
25
5
21-23
22

0
18-20
19
1
Total
-
-
30
 2.4 Tabel Distribusi Frekuensi Harapan
Langkah langkah untuk menyusun table distribusi harapan hamper sama dengan langkah langkah yang digunakan untuk menyusun table distribusi frekuensi tunggal dan table distribusi frekuensi bergolong di atas. Namun ada tambahan beberapa langkah yang harus dilakukan yakni sebagai berikut :
1)    Jika datanya bergolong, maka harus ditambahkan satu kelas interval ke atas dan satu kelas interval ke bawah.
2)    Jika datanya tunggal, maka harus menambahkan 1 skor ke atas dan 1 skor ke bawah.
3)    Rumus untuk menghitung frekuensi harapan (fh) adalah sebagai berikut.

Keterangan :
fh = Frekuensi Harapan
fo = frekuensi observasi
fa = frekuensi diatas fo
fb = frekuensi di bawaf fo
4 = bilangan konstan

Contoh :
·         Untuk menghitung fh pada kelas interval 42 – 44 yang fo-nya = 0, maka fh dapat dihitung sebagai berikut :
 = 0,25
·         Untuk menghitung fh pada kelas interval 39 – 41 yang fo – nya = 1, maka fh dapat dihitungsebagai berikut :
·   Untuk menghitung fh pada kelas interval  36-38 yang fo-nya = 7, maka fh dapat dihitung sebagai berikut.
Dengan cara yang sama, maka semua hasil perhitungan frekuensi harapan disajikan pada table 2.6 sebagai berikut.
Table 2.6 Tabel Distribusi Frekuensi Harapan
Kelas interval
Titik tengah (x)
Fo
fh
(1)
(2)
(3)
(4)
42-44
43
0
0,25
39-41
40
1
2,25
36-38
37
7
5,25
33-35
34
6
5,50
30-32
31
3
4,75
27-29
28
7
5,50
24-26
25
5
4,25
21-23
22
0
1,50
18-20
19
1
0,50
15-17
16
0
0,25
Total
-
30
-

2.5 Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif
Untuk menyusun tabel distribusi kumulatif dapat menggunakan 2 istilah pada kolom skor atau kelas interval yaitu KURANG DARI .... atau DARI .... ATAU LEBIH.
1.    Kurang Dari ...
Jika menggunakan istilah KURANG DARI ..., maka ujung-ujung kanan kelas interval ditambah (+) 0,5. Misalkan untuk kelas interval 42-44, maka memiliki nilai KURANG DARI 44,50. Demikian pula untuk kelas interval 39-41, maka memiliki nilai KURANG DARI 41,50.
2.    Dari ... atau Lebih
Jika menggunakan istilah DARI ... ATAU LEBIH, maka ujung-ujung kiri kelas interval dikurangi (-) 0,5. Misalkan untuk kelas interval 42-22, maka memiliki nilai DARI ... ATAU LEBIH 41,50. Demikian pula untuk kelas interval 39-41, maka memiliki nilai DARI ... ATAU LEBIH 38,50.
Contoh:
Tabel 2.7. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif (Kurang dari...)
Kelas Interval
Kurang dari...
f
fk
f%
fk%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
39 - 41
41,5
1
30
3,33
100
36 - 38
38,5
7
29
23,33
96,66
33 - 35
35,5
6
22
20,00
73,33
30 - 32
32,5
3
16
10,00
53,33
27 - 29
29,5
7
13
23,33
43,33
24 - 26
26,5
5
6
16,67
20,00
21 - 23
23,5
0
1
0
3,33
18 - 20
20,5
1
1
3,33
3,33

Total
30
-
100,00
-

Keterangan:
fk         = dihitung dengan menjumlahkan fo dimulai dari kelas interval paling rendah berturut-turut sampai dengan kelas interval paling tinggi.
f%       =  x 100
fk%     = f% + f% di atasnya.
Cara membaca frekuensi kumulatif kurang dari:
Misalna pada kelas interval sebagai berikut.
39 - 41
41,5
1
30
3,33
100
36 - 38
38,5
7
29
23,33
96,66
·         Dari 30 orang sampel tersebut, yang memperoleh skor kurang dari 41,5  ada sebanyak 30 orang atau 100%.
·         Dari 30 orang sampel tersebut, yang memperoleh skor kurang dari 38,5 ada sebanyak 29 orang atau 96,66%.
·         Demikian seterusnya
Tabel 2.8. Tabel distribusi Frekuensi Kumulatif (Dari…atau lebih)
Kelas Interval
Dari… atau lebih
f
fk
f%
fk%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
39-41
38,5
1
1
3,33
3,33
36-38
35,5
7
8
23,33
26,66
33-35
32,5
6
14
20,00
46,66
30-32
29,5
3
17
10,00
56,66
27-a
26,5
7
24
23,33
79,99
24-r26
23,5
5
29
16,67
96,66
21-23
20,5
0
29
0
96,66
18-20
17,5
1
30
3,33
100,00

Total
30
-
100,00
-

Keterangan:
fk             : dihitung dengan menjumlahkan fo dimulai dari kelas interval palingg tinggi
  berturut-turut sampai dengan kelas interval paling rendah.
f%            :  x 100
fk          : f% + f% di bawahnya.



Cara membaca frekuensi kumulatif dari…atau lebih:
Misalnya pada kelas interval sebagai berikut:
39-41
38,5
1
1
3,33
3,33
36-38
35,5
7
8
23,33
26,66

-       Dari 30 orang sampel tersebut, yang memperoleh skor dari 38,5 atau lebih ada sebanyak 1 orang atau 3,33%
-       Dari 30 orang sampel tersebut, yang memperoleh skor dari 35,5 atau lebih ada sebanyak 8 orang 26,66%
-       Demikian seterusnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar