-moz-border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-radius: 0.5em 0.5em 0.5em 0.5em; border-top: 2px solid #FF6699; border-bottom: 2px dotted #FF6699; border-right: 10px solid #FF6699; border-left: 10px solid #FF6699; background: $(main.background); Makalah Pelestarian Burung Jalak Bali ~ Siti Miftahul Jannah Sitii Miftahul Jannah

Sabtu, 11 April 2015

Makalah Pelestarian Burung Jalak Bali

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pelestarian Burung Jalak Bali”

            Makalah ini berisikan tentang informasi Perkembangan Transportasi di Indonesia,  diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua khususnya para pelajar tentang “Pelestarian Burung Jalak Bali”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Patas, Februari 2015


Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  latar belakang
Indonesia mempunyai ± 1.539 jenis burung (Bird life, 1995). Dari total jenis burung yang ada di Indonesia tercatat 104 jenis termasuk dalam katagori secara global terancam punah. Pentingnya untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan upaya untuk membantu upaya pelestarian burung-burung yang ada dialam nampaknya banyak mendorong peneliti-peneliti melakukan penelitian tentang burung tersebut sehingga nantinya dalam waktu kedepan jumlah jenis burung yang terancam punah pun dapat lebih diminimalkan.
Mahluk hidup pada kenyataannya tidak selalu mempunyai kerapatan (density) yang sama dalam ruang dan waktu. Ada mahluk hidup yang pada suatu saat tersebar luas dengan kerapatan yang tinggi, tetapi pada saat lain menciut dan sulit dijumpai. Adanya kenyataan itu membuat mahluk hidup itu mempunyai sifat emdemik, tersebar jarang dan menjadi relik (tersisa). Mahluk yang endemik tersebar secara terbatas disuatu daerah atau bagian dari suatu daerah dan secara hidupan liar tidak terdapat di tempat lain. Sedangkan mahluk yang tersebar jarang secara alami tidak mempunyai populasi dengan kerapatan tinggi melalui kejarangan berbiak, persaingan antar individu sejenis maupun tidak sejenis serta penyebab-penyebab alami lainnya tergolong pada mahluk langka. Sementara itu mahluk akan menjadi langka apabila terjadi suatu persaiangan hebat antar jenis pada habitatnya.
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu contoh satwa langka dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini menciut hanya terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung tegal bunder,sumber kelampok yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana .
Pemerintah sangat serius untuk memperhatikan kelestarian satwa endemic yang terancam akan kepunahan ini, karena selain terletak di pulau dewata yang terkenal dengan wisatanya, keberhasilan program pelestarian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) akan menunjukan kepada dunia internasional bahwa Indonesia juga memperhatikan lingkungan melalui prinsip konservasi serta merupakan kewajiban setiap insan untuk mempertahankan dan melestarikan kehidupan liar sebagai wujud untuk mensyukurinya karena hutan dan isinya sangat berguna bagi manusia . Namun diakui semakin kita giat dan berupaya keras untuk melakukan pelestarian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di alam melalui penerapan peraturan perundangan yang ada, pembinaan habitat serta pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan ternyata tantangan dan permasalahannya semakin banyak ditemui dan dirasakan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) selain pada faktor alamiah (kualitas habitat, adanya predator, penyakit, satwa pesaing, maupun mati karena usia tua) juga faktor adanya ulah oknum manusia yang tidak bertanggung jawab. Dari latar belakang inilah yang menuntun kami untuk menyusun makalah ini yang berjudul “pelestarian burung jalak bali”

1.2  rumusan masalah
1.      bagaimana pelestarian burung jalak bali di taman nasional bali barat ?
1.3  tujuan
1.  untuk mengetahui pelestarian burung jalak bali agar burung jalak bali tidak punah
1.4 manfaat
Bagi siswa:
      Mengetahui proses pelestarian burung jalak bali di taman nasional bali barat
Bagi masyarakat:
      Agar masyarakat turut andil dalam melestarikan burung jalak bali







BAB II
LANDASAN TEORI
1.      Burung Jalak Bali
Morfologi
Dalam ilmu biologi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
· Phylum : Chordota
· Ordo : Aves
· Famili : Passeriformis
· Spesies : Leucopsar rothschildi, Stressmann, 1912
· Nama lokal : Curik Bali, Jalak Bali, Jalak Putih Bali
Ciri-Ciri
1. Bulu
Bulu seluruhnya putih kecuali ujung sayap dan ujung ekor yang berwarna hitam.
2. Mata
Matanya berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tanpa bulu berwarna biru tua.
3. Jambul
Jalak Bali memiliki jambul yang berupa beberapa helai bulu, jantan bentuknya lebih indah dan mempunyai jambul lebih panjang dari pada yang betina.
4. Kaki
Kakinya berwarna abu-abu pucat dengan jari jemari yaitu satu kebelakang, dan tiga jari lainnya kedepan.
5. Paruh
Paruh runcing dengan panjang ± 2–5 cm, berbentuk khas yaitu dibagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung kuning kecoklatan.
6. Ukuran
Antara burung jantan dan betina sulit dibedakan, perbedaannya adalah bahwa yang jantan agak lebih besar dan memiliki kuncir yang agak panjang.
7. Telur
Jalak Bali bertelur 2-3 butir, berwarna biru
Status
1. Sejak tahun 1966, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) telah memasukkan Jalak Bali kedalam red data book, yaitu buku yang memuat jenis flora dan fauna yang terancam punah.
2. Pada konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES (Convention on International Trade in Endegered Species of Wild Flora and Fauna), Jalak Bali terdaftar dalam Appendix I, Yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan .
3. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Kepmen. Pertanian Nomor 421/kpts/Um/70 tanggal 26 Agustus 1970, yang menerangkan antara lain bahwa Jalak Bali dilindungi .
4. Dikatagorikan sebagai satwa Endemik Bali karena Jalak Bali habitat aslinya hanya ada di pulau Bali tidak ada di habitat lainnya (saat ini ruang hunian menyempit hanya ada dikawasan Taman Nasional Bali Barat).
Populasi
Menurut Anonimous, (1999) bahwa kondisi populasi Jalak Bali Leucopsar rothschildi) sejak tahun 1974 sampai tahun 1997 cenderung berfluktuasi lebih dipengaruhi oleh konflik kepentingan kawasan dimana beberapa bagian habitat alaminya tergusur karena kepentingan konversi (perubahan system), selain dari itu laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai kepentingannya berpengaruh nyata makin menekan laju pertumbuhan populasi . Sementara pada saat ini ruang hunian (home ring) dari pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) tidak lebih dari 1000 hektar pada 2 lokasi yaitu di Teluk Berumbun wilayah Semenanjung Prapat agung dan Tanjung Gelap wilayah Pahlengkong.




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 SUBJEK
            Petugas  penangkarang burung jalak bali di taman nasional bali barat
3.2 OBJEK
            Burung jalak bali
3.3 WAKTU DAN TEMPAT
            Tanggal : Minggu,2 november 2014
            Tempat : taman nasional bali barat
3.4 CARA MENDAPATKAN DATA
            Metode yang digunakan dalam mendapatkan data adalah dengan wawancara yang bersifat objektif
3.5 CARA PENGOLAHAN DATA
            Metode pengolahan data disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif



BAB IV
PEMBAHASAN
Penangkaran
       Disamping usaha perlindungan dan pengawetan terhadap jenis-jenis satwa liar yang langka dengan berbagai macam undang-undang dan peraturan pemerintah, serta melalui konservasi in-situ, maka diperlukan pula bentuk perhatian lain seperti penangkaran.
 Secara bebas penangkaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengembangbiakan jenis satwa liar dan tumbuhan alam, tujuan untuk memperbanyak populasi burung jalak bali dengan mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya dapat dipertahankan lokasinya berada di taman nasional bali barat tepatnya di tegal bunder. Bahwa prisip kebijaksanaan penangkaran jenis satwa liar adalah:
  1. Mengupayakan jenis-jenis langka menjadi tidak langka, dan pemanfaatannya berazaskan kelestarian.
  2. Upaya pelestarian jenis perlu dilakukan di dalam kawasan konservasi maupun di luar habitat alaminya. Diluar habitat alami berbentuk penangkaran, baik di Kebun Binatang maupun lokasi lainnya yang ditangani secara intensif.
  3. Peliaran kembali satwa hasil penangkaran ke habitat alaminya ditunjukan untuk meningkatkan populasi sesuai dengan daya dukung habitatnya tanpa mengakibatkan adanya polusi genetik ataupun sifat-sifat yang menyimpang dari aslinya.
Awal kegiatan
      Awal pelaksanaan kegiatan mulai sejak bulan April tahun 1995, yaitu setelah berakhirnya Proyek Penyelamatan Jalak Bali oleh ICBP yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan atau Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan atau PHKA saat ini. Dan kegiatan penangkaran terus berkelanjutan hingga setiap tahun dapat memenuhi kebutuhan cikal bakal peliaran dalam rangka pemulihan populasi liar Jalak Bali, mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat peminat penangkar, dan peneliti.
Asal usul induk
      Asal-usul induk yang diberdayakan dalam kegiatan penangkaran ini, antara lain individu yang berasal dari peninggalan ICBP (3 ekor), dan selanjutnya diperoleh secara kerjasama pelestarian dengan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Taman Safari Indonesia (TSI), Kebun Binatang Surabaya (KBS), BKSDA DKI, hasil pertukaran individu dengan individu dengan penangkar di Bandung, Madiun, dan Denpasar, serta berasal, serta berasal dari hasil sitaan.
Sangkar biak
       Sarana ini secara khusus diperuntukan untuk kepentingan pembiakan, terbuat dari bahan tembok/beton dan teralis
Sarang Biak
            Sarang biak disesuaikan dengan kebiasaan Jalak Bali menggunakan sarang biak di alam. Pada hidupan liar Jalak Bali menggunakan media biaknya pada batang pohon yang berlubang, jenis pohon yang umum digunakan antara lain pohon Talok (Grewia koordersiana), Walikukun (Shoutenia ovata), Laban (Vitex pubescens), dan Pilang (Acacia leucoplopea).
Dipenangkaran media tersebut terbuat dari bahan kayu berbentuk silindris, dengan ukuran diameter 15 cm, panjang/tinggi 50 cm, dibuat sedemikian rupa dengan bagian dalam gerowong. Untuk keluar masuk burung di salah satu bagian depan dibuat lubang berbentuk lingkaran dengan diameter 7 cm – 8 cm. media biak ini ditempatkan dengan posisi tegak, ditempelkan pada dinding atau penyangga tertentu yang dipersiapkan.
Sangkar sapihan
           Sarana ini diperuntukan guna menampung anakan usia sapihan, yaitu individu anakan mulai usia mandiri (35 hari). Sangkar ini berukuran lebih lebar dari sangkar biak sesuai dengan peruntukannya untuk dapat menampung setidaknya 10 ekor. Sangkar yang ada dan digunakan untuk kepentingan ini yaitu 1 unit berukuran 4 m x 4 m x 2.5 m, 1 unit ukuran 3 m x 3 m x 2.5 m dan 1 unit ukuran 4 m x 3 m x 2.5 m.
Makanan
            Di alam bebas, pakan alam yang dikonsumsi oleh Jalak Bali dalam meniti hidupan liarnya, antara lain untuk jenis pakan berkategori hewani terdiri dari : Semut, telor semut, belalang, jangkrik, ulat, kupu-kupu, rayap, dan serangga tanah. Untuk pakan berkategori nabati terdiri dari buah : kerasi (lamntana camara), bekul (Zyzyphus mauritiana), intaran (Azadirachta indica), daging buah kepuh (Sterculuia foetida), talok (Grewia koordersiana), trenggulun, buni (Antidesma bunius), kalak, ciplukan, kelayu.
Sedangkan makanan yang disajikan di penangkaran untuk kategori nabati antara lain pisang dan pepaya. Sedangkan untuk hewani terdiri dari ulat hongkong, belalang, jangkrik, dan kroto basah (telur semut). Jenis pakan pendukung lainnya yang disajikan yaitu jenis pakan olahan seperti kroto kristal kroto voer 521, kroto fancy food. Penyajian pakan pisang 2 buah/ekor/hari, pepaya 2 iris/ekor/hari, ulat/kroto masing-masing 8 gram/ekor/hari, serangga 2-4 ekor/hari/ekor.
Metode
            Pasangan induk yang dipersiapkan untuk kepentingan perbiakan  terdiri dari satu ekor jantan dan satu ekor betina dengan usia masing-masing telah mencapai usia dewasa kelamin yaitu minimal 8 bulan.
Setiap sangkar hanya berisi satu pasangan induk dimana jantan dan betina telah menunjukan harmonisasi jodohnya.
Populasi
            Populasi saat ini di penangkaran adalah sebanyak 108 ekor,
Pemeliharaan
            Tenaga yang betugas sebagai pemelihara burung berjumlah 2 orang dan rekruetmentnya dipentingkan berkaitan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
  1. Menyajikan pakan dan air dua kali setiap harinya, yaitu pada pagi hari dan siang menjelang sore hari.
  2. Melaksanakan kegiatan kebersihan di dalam sangkar, dan lingkungan diluar sangkar.
  3. Merawat anakan burung saat usia piyik
  4. Penyajian vitamin
  5. Pemantauan terhadap perilaku, aktifitas biak, dan keadaan kesehatan burung.
Perawatan kesehatan
            Perawatan kesehatan burung dilakukan setidaknya 1 sampai 2 setiap tahunnya yang dilakukan oleh Balai Penyidikan Penyakit Hewan di Denpasar (BPPH). Test medis dilakukan melalui contoh spesimen tinja atau bulu.
PROGRAM KERJA
            Program kerja secara umum yaitu merupakan suatu rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dari keseluruhan konsep Program Pemulihan Populasi Liar Jalak Bali yang meliputi kegiatan :
Pembiakan
            Pengkayaan individu melalui pembiakan secara penangkaran adalah merupakan aktifitas kegiatan prioritas terdepan dari seluruh mata rantai kegiatan yang dicanangkan, karena produktifitas anakan yang dihasilkannya secara keseluruhan diperuntukan guna mendukung pemulihan populasi liar di habitatnya. Distribusi anakan pada setiap tahunnya diatur untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu satu bagian dipersiapkan sebagai cikal bakal lepas liar pada tahun berjalan, satu bagian diperuntukan sebagai calon induk, dan satu bagian lagi dicalonkan untuk lepas liar pada tahun berikutnya setelah masing-masing mencapai usia dewasa kelamin.
Pengelolaan induk
            Pada saat pasangan induk memasuki masa istirahat dan tidak melakukan produktivitas biaknya, maka diperlukan perlakuan-perlakuan agar induk tersebut tetap optimal melakukan aktifitas biaknya.dengan dilakukan monitoring secara terus menerus sampai pasangan tersebut menunjukan perilaku yang mengarah pada kecenderungan berbiak.
Pemeliharaan dan pembesaran piyik
            Adalah kegiatan untuk meminimalisasi angka kematian piyik yaitu dengan dilakukan pembesaran secara manual dengan media brooder, apabila pembesaran piyik yang dilakukan sendiri oleh induknya selama masa pengasuhan didalam sarang biak, seringkali terjadi peristiwa kematian.
Penyapihan anak
            Setiap anak yang telah memasuki usia 60 hari selanjutnya dilakukan penyapihan pada sangkar sapihan yang berkapasitas hingga 10 ekor. Masa sapihan tersebut terutama lebih diarahkan agar : bisa melakukan aktifitas sendiri seperti mengkonsumsi pakan, memudahkan untuk penyeleksian kelamin, memudahkan monitoring pasangan serasi pilihannya sendiri, penciptaan keserasian diantara mereka sebagai sub populasi buatan.
Pembentukan sub populasi buatan
            Program ini menitik beratkan pada terciptanya koloni dimana setiap anggota pembentukannya bisa saling mengenal sebagai suatu populasi.
Pemeriksaan kesehatan
            Kegiatan ini dilakukan agar seluruh individu yang akan dilepas liarkan betul-betul dalam kondisi tidak mengidap suatu penyakit, sehingga mewabahnya penyakit bawaan terhadap populasi liar lainnya yang lebih dulu berada di habitat dapat dihindari.
Pelatihan pra liar
            Pelatihan ini diselengarakan terhadap semua anggota yang telah menjalani masa pengkolonian yang dicanangkan untuk program lepas liar, dan pelatihan dilaksanakan dihabitatnya dimana kelak lingkungan tersebut akan menjadi petualangan liarnya, rentang waktu pelatihan yaitu selama 30 hari.
Monitoring pasca lepas liar
            Aktifitas lanjutan sesaat setelah dilaksanakan peliaran adalah dilakukannya kegiatan monitoring yang dilaksanakan oleh tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan yaitu sejak mulai diliarkan hingga periode peliaraan tahun berikutnya.








BAB
PENUTUP

5.1 SIMPULAN
            Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu satwa endemik di Indonesia dan secara istimewa merupakan satwa khas pulau Dewata, Bali. Burung ini, menjadi salah satu spesies khas Bali yang masih tersisa setelah harimau Bali dinyatakan punah.
Burung dengan ciri khusus bulu warna putih di sekujur tubuh, kecuali pada ujung ekor dan sayap yang berwarna hitam, serta pipi yang berwarna biru cerah dan kaki abu-abu ini kini semakin diambang kepunahan. Tidak heran, jika IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) memasukkan jalak Bali ke dalam daftar merah sebagai satwa yang terancam punah sejak tahun 1966.
Demikian pula dengan konvensi perdagangan internasional untuk satwa liar CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) telah mengategorikan jalak Bali ke dalam Appendix I, yaitu satwa yang terancam kepunahan dan terlarang untuk diperdagangkan. Dalam sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005 di habitat jalak Bali, yaitu di Taman Nasional Bali Barat, hanya ditemukan lima ekor individu yang tersisa.
Maka dari itu pemerintah berupaya dalam melestarikan burung jalak bali ini.segala carpun di lakukan sperti di adakannya penangkaran di taman nasional bali barat yang terletak di tegal bunder.dari penangkaran ini diharapkan populasi burung jalak bali di alam semakin bertambah dan mampu untuk berkembang agar tidak punah.
5.2 SARAN
            Sebaiknya pemerintah lebih serius lagi dalam melestarikan burung jalak bali ini karna dalam pelstariannya masih banyak ada kendala-kendala sehingga dalam pelestariannya membuat burung jalak bali semakin bertambah dan jauh dari kepunahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.satwa.net/478

Nama Kelompok:
1) Siti Mitahul Jannah
2) Marisa Amaliyah
3) Firman Pitoyo Supriyadi
4) Riani Rachman




1 komentar: